Mohon tunggu...
Ilham Fathir
Ilham Fathir Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Saya seorang yang memiliki ketertarikan bekerja di bidang industri kreatif dan fotografi. Terbiasa menggunakan berbagai macam camera untuk melakukan fotografi. Jujur, disiplin, tanggung jawab dan mampu bekerja dengan baik dalam tim. Pernah aktif dalam kegiatan sekolah dan pengalaman project seperti management social media.

Selanjutnya

Tutup

Film

Membedah Film Dua Garis Biru, Sebuah Potret Kehamilan di Masa Remaja

15 September 2024   14:22 Diperbarui: 15 September 2024   14:24 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.antaranews.com/

"Dua Garis Biru" adalah film drama remaja Indonesia yang disutradarai oleh Gina S. Noer, dirilis pada tahun 2019. Film ini mengisahkan kehidupan dua remaja SMA, Bima (diperankan oleh Angga Yunanda) dan Dara (diperankan oleh Adhisty Zara), yang terjebak dalam situasi sulit setelah Dara hamil di luar nikah. Hubungan cinta mereka yang awalnya polos berubah menjadi tantangan besar saat mereka harus menghadapi tanggung jawab sebagai orang tua jauh sebelum waktunya.

Cerita ini berfokus pada bagaimana Bima dan Dara bersama keluarga masing-masing, berusaha menghadapi kenyataan pahit yang muncul. Konflik batin, tekanan sosial, serta ketidak matangan emosional dari kedua karakter utama, menggambarkan bagaimana keputusan kecil bisa mengubah hidup seseorang secara drastis. Film ini juga menyoroti perbedaan latar belakang ekonomi dan sosial antara keluarga Bima yang sederhana dan keluarga Dara yang lebih berada, sehingga memperlihatkan dinamika keluarga yang beragam dalam menghadapi permasalahan remaja.

Takala.co
Takala.co

Kelebihan dari film Dua Garis Biru

Sebuah film yang mengemas tema kehamilan remaja dengan pendekatan yang realistis, berani, dan penuh nuansa emosional. Salah satu kelebihan utama film ini adalah kemampuannya menghadirkan cerita yang menggugah, relevan, dan mampu mengajak penonton merenungkan dampak dari keputusan-keputusayang diambil oleh karakter-karakter utamanya. Sutradara Gina S. Noer berhasil menciptakan dinamika antara Bima dan Dara dua remaja yang harus menghadapi kenyataan pahit akibat tindakan mereka dengan sangat manusiawi. Alur cerita yang mengalir dengan ritme yang tepat membuat penonton merasa terhubung dengan perjalanan emosional karakter utama.

Selain itu, film ini juga sangat kuat dalam hal penggambaran hubungan keluarga. Karakter orang tua tidak hanya hadir sebagai pengisi latar, tetapi menjadi elemen penting yang memperlihatkan berbagai sudut pandang tentang cinta, kekecewaan, dan harapan. Konflik antara harapan keluarga dan kenyataan yang terjadi di kehidupan anak-anak mereka disampaikan dengan sangat otentik.

Akting Adhisty Zara (Dara) dan Angga Yunanda (Bima) juga menjadi sorotan utama. Mereka mampu menghidupkan karakter dengan kedalaman emosi yang luar biasa, dari kepolosan remaja hingga kecanggungan dan ketakutan yang datang akibat tanggung jawab besar yang tiba-tiba muncul. Chemistry yang mereka bangun terasa begitu alami dan intens, membuat penonton bisa merasakan dilema dan kecemasan yang mereka alami.nDari segi sinematografi, film ini menyajikan visual yang memanjakan mata, dengan penggunaan pencahayaan dan komposisi yang cermat untuk memperkuat suasana hati dalam setiap adegan. Lokasi yang dipilih juga mampu menggambarkan keseharian karakter dan memberikan kesan keintiman dalam cerita.

Tak hanya sekadar hiburan, "Dua Garis Biru" juga mengangkat isu-isu penting seperti pendidikan seks, tanggung jawab remaja, hingga peran keluarga dalam menghadapi krisis. Pesan moral yang kuat namun disampaikan secara halus menjadikan film ini tidak hanya menjadi tontonan yang menarik, tetapi juga edukatif. Dengan segala elemen tersebut, "Dua Garis Biru" berhasil mengajak penonton untuk tidak hanya menyaksikan cerita, tetapi juga berpikir lebih dalam tentang realitas kehidupan remaja di Indonesia.

Kekurangan dari film Dua Garis Biru

Meskipun "Dua Garis Biru" memiliki banyak kelebihan, film ini juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satu kritik yang sering muncul adalah bagaimana film ini cenderung mengambil perspektif yang lebih fokus pada dampak kehamilan remaja terhadap keluarga, terutama dari sudut pandang orang tua, dibandingkan menggali lebih dalam emosi dan perkembangan karakter utamanya, Dara dan Bima. Penonton mungkin merasa bahwa perjuangan batin kedua remaja ini dalam menghadapi konsekuensi dari perbuatan mereka bisa dieksplorasi lebih mendalam untuk memperkuat hubungan emosional dengan karakter.

Selain itu, sebuah alur yang dibawa menjelaskan konflik dalam film diselesaikan terlalu cepat atau terasa tidak tuntas. Misalnya, bagaimana lingkungan sekolah atau teman-teman mereka bereaksi terhadap situasi Dara dan Bima kurang dieksplorasi, sehingga memberi kesan bahwa dunia di luar keluarga kurang berperan dalam cerita. Padahal, dalam realitas, pandangan masyarakat dan teman sebaya juga sangat memengaruhi situasi seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun