Kadang aku bingung, orang mau kehilangan pekerjaan malah mentraktir temannya. Â Tapi ya silakan saja karena setiap orang punya cara masing-masing. Cuma jangan sampai dijadikan kewajiban. Resign kok malah mentraktir.
Dulu semasa kerja di kantor memang ada teman yang mentratir banyak rekan kerja ketika dia mau resign. Ya katanya buat perpisahan. Â Aku baru sekali mendapati fenomena itu.
Lalu secara kebetulan, dalam hitungan tak sampai bulanan, aku juga resign. Pegawai kelas kroco sepertiku resign ya resign saja.
Aku pamit baik-baik sama pucuk pimpinan. Dia menolak surat pengunduranku. Lalu memberi beberapa janji untuk kemudahan bagiku agar aku tak resign.
Tapi maaf pak cik, aku sudah bulat untuk resign. Ketika bos besar mengembalikan surat pengunduranku, aku kembalikan lagi ke beliau. "Ini buat bapak saja," kataku.
Baik-baik aku resign dan sepertinya dia pusing. Sebab satu per satu pegawainya pergi. Termasuk aku tentunya.
Aku pamit pada bos besar dengan berhadapan langsung. Kemudian, karena alasan teknis, aku pamit baik-baik dengan beberapa atasan lewat aplikasi perpesanan dan telepon. Juga dengan teman sejawat karena memang tak bisa bertatap muka. Memang tak memungkinkan lagi bertemu. Karena aku juga harus mengepak barang-barangku untuk pindah daerah.
Apakah aku makan-makan alias mentraktir teman-teman setelah resign? Oh tentu tidak! Pegawai kelas teri yang gajinya tak seberapa, tak perlu mentraktir teman-teman.
Lagipula aku meyakini makan-makan setelah resign itu tak wajib. Kan ngga lucu, gegara uang tak banyak, lalu ngutang sana dan ngutang sini untuk mentraktir teman setelah resign.
Resign alias keluar ya keluar saja. Simpel kan.