Setelah beberapa kali saya pikir, memang sebaiknya PON di Jakarta saja. Tak perlu keliling ganti tuan rumah. Sebab, hanya potensi korupsi!
Ketika daerah jadi tuan rumah, maka akan membangun infrastruktur olahraga yang wah! Duit bakal mengucur deras dan di situlah mula potensi korupsi terjadi.
Problem bukan hanya saat dibangun. Pertanyaan selanjutnya, setelah PON selesai venue mau buat apa? Sementara perawatannya butuh duit banyak.
Saya pernah baca di detik.com tahun 2021, kompleks Palaran di Kalimantan Timur tak banyak aktivitas dan terkesan miris. Padahal kompleks itu dibangun dengan biaya yang tak sedikit untuk PON Kaltim 2008.
Saya baca di riauonline.co.id, pada 2023 Stadion Utama Riau ditumbuhi semak belukar. Stadion itu digunakan untuk PON 2012.
Cerita bangunan yang tak bisa dimaksimalkan setelah ajang besar adalah problem di daerah. Perawatan yang membutuhkan uang banyak juga jadi kendala. Sebab, dana daerah juga untuk hal lain yang dinilai lebih urgent.
Lagipula, ajang tingkat nasional atau bahkan internasional tidak selalu ada di daerah. Jika pun ada, ajangnya pun bukan multievent.
Nah daripada fenomena seperti itu, mending tak perlu lagi muter-muter pindah daerah. Tetap saja PON di Jakarta. Dengan fasilitas yang sudah ada dan sorotan di Jakarta lebih kencang. Sorotan yang membuat aksi tak patut bisa tereliminir.
Lagipula, PON adalah ajang untuk pengembangan atlet, bukan membangun infrastruktur yang nantinya malah tak terpakai. PON tetap di Jakarta tetap bisa jadi ajang pengembangan atlet.
Tapi...
Tentu saja ide saya ini akan dinilai kemunduran. Mereka yang akan mengeruk keuntungan luar biasa dari pembangunan infrastruktur olahraga di daerah juga tak sepakat dengan sentralisasi PON.