HP pintar alias telepon genggam pintar dengan amat sangat. Hampir tiap jam asyik dengan HP. Tapi kini dia tak lagi kecanduan HP.
Salah satu anakku yang belum SD pernah kecanduanSaat kecanduan HP, main keluar rumah hanya sebentar. Sempat main di luar rumah, balik ke rumah langsung main HP. Di usia yang sangat kecil sudah kecanduan HP. Bisa melihat YouTube sampai berjam-jam.
Tentu tak menyehatkan. HP yang dia mainkan adalah HP neneknya. Dia tak bisa menggunakan HP ku karena aku kunci.
Jadi, sang nenek nyaris tak pernah pegang HP. Setiap ada WA nyaris tak pernah terdeteksi karena HP selalu dibawa sang cucu.
Ya begitulah kecanduan HP yang terjadi pada anakku. Namun, sudah lebih sebulan anakku nyaris tak pernah pegang HP. Tapi konsekuensinya adalah dia sering main keluar rumah.
Naik sepeda keluar rumah bersama teman-temannya yang usianya sama-sama di bawah 7 tahun alias belum SD. Tapi ya namanya dinamika hidup, keluar rumah juga malah memiliki cerita baru. Dia sering tak terdeteksi.
Ketika teman-temannya sudah pulang ke rumah, dia malah belum pulang. Otomatis sekeluarga cari ke sana ke mari. Tanya tetangga sampai tetangga beda RW.
Lalu tiba-tiba ketika capek dicari, dengan entengnya sudah pulang ke rumah. Katanya main di teman beda RW yang jauh.
Hal seperti itu terjadi tak hanya sekali, tapi beberapa kali. Alias asyik main sampai lupa pulang. Kadang sudah petang jelang Maghrib belum juga pulang. Harus dicari lagi ke sana ke mari. Cari ke rumah teman-temannya.
Pernah tak kunjung pulang dan dicari ke sana ke mari. Ketika dia pulang ketahuan bahwa dia diberi makan siang sama keluarga temannya. Katanya makan siang gratis bareng teman yang lain.
Ya begitulah. Semua ada ceritanya, ada khawatirnya. Anak sering main juga kadang khawatir. Walaupun kalau anak sering main, mereka seperti memiliki solusi atas masalah yang dia hadapi, solusi yang beragam. Mungkin karena otomatis belajar ketika bertemu dengan banyak orang.