Dalam beberapa waktu belakangan, fan sepak bola timnas Malaysia membeberkan bahwa negeri jiran tersebut adalah yang terbaik di antara negara ASEAN di kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia round 2. Saya melihatnya di media sosial milik fan Malaysia. Mengapa klaim itu digembar-gemborkan?
Klaim fan Malaysia itu benar adanya tapi tak substantif. Benar karena Malaysia terbaik di antara negara ASEAN lain di kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia round 2 dalam hal nilai.
Dari negara ASEAN yang ikut kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia round 2, Malaysia memiliki nilai tertinggi yakni 10. Sebenarnya sama dengan yang Indonesia peroleh.
Tapi fan Malaysia menilai bahwa negeri jiran itu lebih baik karena memiliki selisih gol 9-9 daripada Indonesia yang 8-8. Ya memang benar Malaysia terbaik di ASEAN untuk ukuran akumulatif nilai.
Tapi yang perlu digarisbawahi bahwa penilaian itu tidak substantif. Sebab, yang penting kan lolos ke round 3. Indonesia lolos ke round 3 dan Malaysia tidak.
Penilaian kedua adalah soal fairplay. Akun Instagram Harimau Malaya membeberkan bahwa Malaysia paling fair di antara negara ASEAN yang main di kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia round 2.
Malaysia hanya dapat 9 kartu kuning selama kualifikasi round 2 alias jika dinilai adalah minus 9. Di situ tertulis juga bahwa Indonesia paling buruk soal fairplay. Sebab Indonesia mendapatkan 17 kartu kuning dan satu kartu merah langsung. Jika dinilai, Indonesia minus 21.
Penilaian itu berdasarkan  publikasi dari AFC. Tentu saja penilaian itu benar adanya. Namun tentu saja tak substantif. Sebab yang paling substantif adalah lolos ke babak 3 kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Lalu mengapa mereka begitu? Ya hanya mereka yang tahu. Ada yang menduga bahwa itu adalah cara Malaysia menghibur diri karena tak lolos ke babak tiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Ada juga yang mengaitkan dengan sentimen Indonesia-Malaysia.
Tapi saya malah menduga lainnya. Mereka getol membuat kabar seperti itu di media sosial karena memang menarik perhatian. Kabar seperti itu berpotensi memunculkan banyak komentar, khususnya komentar dari warganet Indonesia.