Hari ini trending pembahasan Jakarta tetap Ibukota Negara. Wacana itu jadi program yang akan dikampanyekan PKS di Pemilu 2024.
Jika PKS menang, maka ibukota akan tetap di Jakarta. Ini jelas merupakan perlawanan PKS atas kebijakan Presiden Jokowi yang memindahkan ibukota dari Jakarta ke Nusantara.
Saya tak mau membahas apakah setuju atau tidak dengan kampanye PKS itu. Yang saya bahas adalah, sebagai partai, PKS berani melangkah berbeda dan cenderung jadi pembahasan, kalau tak mau dikatakan kontroversial.
Ini bukan kali pertama PKS melontarkan ide yang berbeda. Di Pemilu 2019 setidaknya ada dua hal (kalau tak salah) yang PKS kampanyekan.
Pertama adalah "2019 Ganti Presiden". Gerakan itu menggema luar biasa. Sasaran tembaknya langsung ke Jokowi tentu saja. PKS berani langsung head to head dengan Jokowi.
Kedua, ide yang PKS ungkapkan tapi tak terlalu booming seingat saya. Yakni jika menang Pemilu maka SIM kendaraan bermotor akan berlaku seumur hidup. Ide itu yang membuat PKS berhadap-hadapan dengan kepolisian.
Dua ide yang PKS kampanyekan di 2019 memang gagal. Tapi karena itulah PKS memiliki suara yang stabil, sekalipun jagoannya yakni Prabowo-Sandi kalah di Pilpres 2019.
Beberapa bulan lalu, PKS juga yang ikut menolak Israel datang ke Indonesia untuk Piala Dunia U20. Tapi, gema PKS langsung surut karena pusat pembicaraan beralih ke Ganjar dan Koster dari PDI Perjuangan.
Lalu, mengapa PKS bisa begitu menggigit berhadap-hadapan dengan Jokowi? Mengapa PKS bisa begitu berdiri tegak di oposisi?
Jawabannya cuma satu menurut saya. Mesin politik mereka sudah berjalan. Massa mereka sudah jelas dan potensial sulit berkurang dan sulit bertambah.
Massa PKS adalah muslim perkotaan atau kota besar.