Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Status Berkopiah Putih yang Memudar

14 Oktober 2023   07:43 Diperbarui: 14 Oktober 2023   07:50 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Kabupaten Semarang memakai kopiah putih (kiri). (kompas.com/syahrul munir)

Aku hanya ingin bercerita tentang kopiah putih. Di tahun 80-an atau sebelumnya, kopiah putih memiliki makna tersendiri. Orang yang memakai kopiah putih, maka dia sudah naik haji. Kalau belum naik haji maka pakai peci atau songkok warna hitam itu.

Jadi, ada kesepakatan tak tertulis bahwa jika belum naik haji maka jangan pakai kopiah putih. Tentu itu adalah kesepakatan makna dari masyarakat saat itu. Sebab, memang tak ada hukum yang mengatur bahwa jika berkopiah putih adalah orang yang sudah naik haji. Jadi hanya kesepakatan saja.

Aku pikir kesepakatan itu hanya ada di lingkungan kampungku saja. Tapi ternyata, kesepakatan itu ada di daerah lain. Setidaknya aku ketahui ketika menonton sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Ada satu adegan di mana Babe Sabeni berniat mengembalikan barang penumpangnya yang tertinggal.

Lalu Babe Sabeni ayah si Doel itu mendatangi rumah penumpangnya. Kemudian terjadilah obrolan antara Babe Sabeni dan penumpangnya yang berada tersebut. Babe Sabeni cerita bahwa dia ingin naik haji tapi diurungkan demi sekolah si Doel.

Kemudian, si penumpangnya memberi motivasi sekaligus memberi kopiah putih pada Babe Sabeni. Kopiah putih yang secara tersirat dalam adegan itu dimaknai sebagai tanda orang telah berhaji. Ketika memakai kopiah putih itu, Babe Sabeni sangat bahagia.

Beranjak lebih maju di tahun 2000-an awal, masih ada yang menilai bahwa pemakai kopiah putih adalah orang yang sudah berhaji. Pamanku memakai kopiah putih saat berjalan. Lalu dia dipanggil, "Pak Haji". Pamanku girang dan anggap itu sebagai doa.

Seiring berjalannya waktu, kopiah putih sudah mulai gampang didapatkan. Bukan barang langka lagi. Kesepakatan bahwa kopiah putih adalah tanda sudah berhaji, memudar. Ya makin ke sini makin banyak yang bisa pakai kopiah putih karena sudah sangat banyak kopiah putih.

Tulisan ini tidak sedang membahas mana yang lebih baik dan mana yang tidak. Sebab, kopiah hanya soal tampilan saja. Tapi saya ingin mengatakan bahwa seiring berjalannya waktu, sesuatu akan dimaknai berbeda. Apalagi teknologi dan masifnya informasi telah menjadi teman kehidupan.

Kalau makna kopiah yang berubah sih ngga masalah. Tapi jika yang jelek jadi baik dan yang baik jadi jelek karena perkembangan zaman, maka matilah kemanusiaan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun