Emosiku tiba-tiba naik. Tak sampai meledak memang. Sebab, tiba-tiba tangan anakku masuk di sela antar kursi dan beberapa saat bikin  panik karena tangan tak bisa dikeluarkan dari "jeratan" celah kursi. Kursinya seperti foto di atas.
Aku sering lihat kursi seperti itu. Kursi yang memiliki celah dengan kursi lain yang sepaket. Kursi itu ada di banyak lembaga publik atau privat. Biasanya jadi kursi tunggu. Pelanggan atau warga yang menunggu pelayanan, duduk di kursi itu.
 Anakku bukan kasus pertama. Di depan mataku sendiri kasus serupa pernah terjadi. Di kursi yang sama di tempat yang berbeda.
Anak umur empat tahun asyik menunggu duduk di kursi seperti di atas. Yang namanya anak kecil pasti sulit diterka. Bisa gerak sana dan gerak sini.
Si anak itu, kemudian tak sengaja memasukkan kaki di celah antar kursi. Tentu hal itu memungkinkan terjadi. Orangtua juga tak akan sibuk memikirkan polah anak-anak.
Nah ketika kaki masuk di celah antar kursi. Kakinya tak bisa keluar. Aku melihat sendiri bagaimana panik muncul karena kaki si anak terjepit di antara kursi.
Syukurlah pada akhirnya kakinya bisa diselamatkan. Waktu itu aku merenung berulang-ulang. Aku membuat kesimpulan, kursi seperti itu berpotensi bikin celaka anak-anak.
Tapi renunganku menguap bersama beberapa dinamika hidup. Sampai akhirnya, anakku jadi korbannya. Sekali lagi, yang namanya anak tentu ke sana ke mari.
Sampai kemudian entah bagaimana awalnya, tangannya masuk di celah itu. Sekali ditarik tangan tak bisa keluar. Dia hanya tertawa kecil. Tapi situasi jadi panik karena ternyata tangan anakku benar-benar tak bisa keluar.
Panik, aku geser pelan-pelan, dia kesakitan. Untungnya di geseran kedua aku bisa mengatasinya.