Pada Januari 2022 saya sudah berkhayal tentang mengangkasanya timnas Indonesia. Saya pun berkhayal, kiper Sampdoria Emil Audero akan minta dinaturalisasi.
Saya menulisnya jauh sebelum Indonesia lolos Piala Asia 2023. Saya menulisnya jauh sebelum kualifikasi Piala Asia 2023. Saya menulisnya jauh sebelum Indonesia menyabet emas Sea Games 2023.
Saya bukan dukun. Toh jika khayalan saya menjadi nyata, itulah kebetulan. Khayalan bahwa Emil akan menjilat ludahnya sendiri. Khayalan bahwa jika dulu dia menolak Indonesia dan ngebet berharap main di Timnas Italia, kini misalnya Emil minta dinaturalisasi.
Itu hanya khayalan dan jika menjadi nyata, maka kebetulan saja. Yang ingin saya katakan, dunia memberikan banyak kemungkinan.
Pandangan saya tak berubah. Pandangan bahwa orang bisa berubah haluan. Banyak pemain sepak bola yang berubah haluan.
Franco Vazquez, saat ngetop bareng Palermo, memilih Timnas Italia daripada tempat lahirnya yakni Argentina. Dia pun pernah berbaju Timnas Italia sekalipun hanya uji coba. Kemudian dia akhirnya mau bermain untuk Timnas Argentina.
Salomon Kalou seingat saya ngebet main untuk Timnas Belanda. Dia memutuskan beda jalan dengan sang kakak Bonaventura Kalou yang membela Pantai Gading. Tapi semua orang tahu pada akhirnya Salomon membela Pantai Gading.
Jadi kalau Emil pada akhirnya minta dinaturalisasi ya tak masalah. Dinaturalisasi saja selama persyaratannya memenuhi. Tapi ya bisa saja setelah dinaturalisasi, Emil tak dipakai timnas Indonesia karena pelatih tak memilihnya. Tapi jika pelatih Indonesia memilih Emil masuk timnas ya tak apa-apa.
Potensi Emil ngebet dinaturalisasi akan makin besar jika Indonesia lolos Piala Dunia 2026. Ya manusiawi jika dia ingin dinaturalisasi. Siapa coba yang tak ingin main di Piala Dunia?
Saya masih ingat Jamaica lolos ke Piala Dunia 1998. Lalu, beberapa pemain Jamaica yang tak ikut cawe-cawe di kualifikasi akhirnya masuk skuad Piala Dunia 1998. Mereka misalnya Frank Sinclair, Marcus Gayle, Darril Powell.