Kasno namanya, orang yang otaknya hanya cari untung. Kalau bisa dapat untung besar dan tanpa modal. Tak penting baginya apa itu kepatutan. Yang penting untung.
Dia jualan di pasar tiap dua hari sekali. Satu hari jualan dan satu hari mencari barang dagangan. Barang dagangannya kebanyakan adalah buah buahan.
Dia berburu buah buahan di pagi hingga sore hari. Hanya bermodal air bening untuk minum dan karung. Dia mencari buah buahan hanya jalan kaki. Intinya dia super ngirit.
Di mana dia mencari buah-buahan? Di rumah warga desa atau warga tetangga desa. Dia tahu kalau pagi rumah warga sepi, maka dia ambil satu atau dua buah yang ada di pohon.
Dia ambil pisang atau mangga atau pepaya atau klengkeng atau durian. Dia hanya ngambil satu sampai dua buah saja per kebun warga. Dia tak izin, asal ambil saja. Bahkan dia temtu tak bayar, tak beli buah-buahan. "Kebun sebegitu besar kan aku ambil cuma satu dua. Mereka tak bakalan miskin," kata Kasno padaku.
Kasno pulang ke rumah tiap jelang Zuhur. Biasanya dia dapat buah sekarung, lalu dia simpan di rumah. Kasno  berangkat lagi jam 13.00. Dia ambil lagi buah-buahan itu. Buah-buahan maling.
Esoknya pagi-pagi dia ada di pasar. Dia jualan di emperan, memasang muka sedih sembari jualan buah-buahan yang satuan itu. Selalu ada saja yang iba pada Kasno dan membeli buah-buahannya.
Bahkan sering juga pembeli yang memborong dagangan Kasno. Intinya, muka memelas Kasno telah mereguk banyak rupiah.
Kasno pun tak pernah bayar pajak ke pasar. Sebab dia sering pindah jualannya dari emperan satu ke emperan lainnya. Dia selalu berkilah bahwa dia tidak menyewa lapak dan dia berdalih harusnya kepala pasar iba padanya.
Kau tahu? 10 tahun kemudian Kasno sudah kaya. Dia sudah pindah domisili, pindah tempat jualan. Dia sudah punya rumah lumayan, dagangannya berkembang.