PKB sudah mengatakan resmi menyapreskan Prabowo Subianto dalam kontestasi Pilpres 2024. Hal itu seperti diungkapkan Ketua DPP PKB Faisol Riza di kompas.com. Beritanya bisa dibaca di sini.
Keputusan PKB itu membuat Prabowo Subianto pasti memiliki tiket untuk ikut dalam kontestasi Pilpres 2024. Pasalnya, jika kursi PKB dan Gerindra di DPR digabungkan maka akan melebihi syarat kursi yang dibutuhkan.
Seperti diketahui, untuk mengusung capres, maka parpol atau gabungan parpol harus memiliki suara 25% dalam pemilu terakhir atau memiliki 20 persen kursi di DPR RI. Angka 20 persen kursi itu setara dengan 115 kursi.
Gerindra kini memiliki 78 kursi dan PKB memiliki 58 kursi. Jika dua parpol itu digabung maka memiliki 136 kursi alias sudah melewati batas syarat jumlah kursi yang dibutuhkan untuk mencapreskan sosok tertentu.
Dengan situasi saat ini, maka sudah ada tiga orang yang memiliki tiket untuk menjadi kandidat bakal calon presiden. Mereka adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Anies diusung PKS, NasDem, dan Demokrat yang jika kursi DPR ketiganya digabung akan muncul angka 163 alias melebihi batas persyaratan.
Ganjar diusung PDI Perjuangan yang memiliki 128 kursi. Selain itu, PPP juga mendukung Ganjar. Maka PDIP dan PPP jika jumlah kursi di DPR digabung adalah 147.
Golkar?
Bagaimana dengan Golkar? Mereka sepertinya belum merapat ke mana-mana, kecuali ke KIB yang jalannya semakin buram ketika PPP lari ke PDIP. Secara garis besar, Golkar memiliki dua opsi terkait kontestasi pilpres.
Pertama adalah gabung dengan salah satu dari tiga poros yang sudah tercipta. Namun, bisa saja Golkar bikin poros sendiri dengan syarat menggandeng parpol lain. Parpol lain yang masih mungkin adalah PAN. PAN memang naga-naganya akan ke Ganjar.
Tapi tidak menutup kemungkinan PAN bakal dirangkul Golkar. Jika Golkar dan PAN bersatu maka akumulasi kursi keduanya adalah 129 dan memenuhi syarat mengajukan capres.
Mungkinkah PAN tetap setia dengan Golkar? Ya mungkin saja. Misalnya, Golkar-PAN mengusung Airlangga-Zulkifli Hasan untuk maju capres. Hanya saja untuk saat ini elektabilitas keduanya masih di bawah dari tiga kandidat lain. Â
Cuma memang, Golkar dan PAN ini bisa mencerminkan moderasi. Bisa mencerminkan jalan tengah ketika polarisasi tajam saat pilpres. Maka, jalan tengah dari Golkar dan PAN bisa jadi alternatif. Hanya saja, PAN dan Golkar akan bertarung dengan Gerindra dan PKB yang juga bisa mencerminkan jalan tengah.
Yang pasti sebagai parpol yang memiliki kursi terbanyak kedua di parlemen, harusnya Golkar memiliki posisi tawar yang tinggi. Namun, jika tidak segera direalisasikan membentuk poros baru, PAN bisa segera berlabuh ke Ganjar.
Kalau semua parpol sudah berkoalisi secara konkret dan hanya Golkar yang masih belum memutuskan jalan, akan makin sulit bagi Golkar untuk memiliki posisi tawar pada koalisi lain.
Fenomena 2014
Saya masih ingat fenomena Pilpres 2014. Saat itu, penentuan kursi pengusung Pilpres 2014 ditentukan dari hasil Pileg 2014. Sebab, Pileg 2014 berlangsung lebih dulu daripada Pilpres.
Saat itu, Golkar memiliki 16,2 persen kursi di DPR. Golkar hanya kalah dari PDIP yang memiliki 19,5 persen kursi di DPR. Sekalipun cukup tinggi perolehan kursi bagi Golkar, mereka tak bisa mengusung capres sendiri. Sebab, syarat mengusung capres adalah 20 persen kursi di DPR.
Seingat saya, waktu itu dua kubu sudah terbentuk. Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Nah, sampai waktu terakhir Golkar tak kunjung mendapatkan gandengan untuk mengusung capres. Sama dengan Partai Demokrat.
Pada akhirnya, Golkar lari ke Prabowo-Hatta. Golkar sebagai parpol besar kedua di parlemen tidak bisa mengusung kadernya sendiri sebagai capres atau cawapres. Mungkin karena gerakan berkoalisinya telat daripada parpol lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H