Mungkinkah PAN tetap setia dengan Golkar? Ya mungkin saja. Misalnya, Golkar-PAN mengusung Airlangga-Zulkifli Hasan untuk maju capres. Hanya saja untuk saat ini elektabilitas keduanya masih di bawah dari tiga kandidat lain. Â
Cuma memang, Golkar dan PAN ini bisa mencerminkan moderasi. Bisa mencerminkan jalan tengah ketika polarisasi tajam saat pilpres. Maka, jalan tengah dari Golkar dan PAN bisa jadi alternatif. Hanya saja, PAN dan Golkar akan bertarung dengan Gerindra dan PKB yang juga bisa mencerminkan jalan tengah.
Yang pasti sebagai parpol yang memiliki kursi terbanyak kedua di parlemen, harusnya Golkar memiliki posisi tawar yang tinggi. Namun, jika tidak segera direalisasikan membentuk poros baru, PAN bisa segera berlabuh ke Ganjar.
Kalau semua parpol sudah berkoalisi secara konkret dan hanya Golkar yang masih belum memutuskan jalan, akan makin sulit bagi Golkar untuk memiliki posisi tawar pada koalisi lain.
Fenomena 2014
Saya masih ingat fenomena Pilpres 2014. Saat itu, penentuan kursi pengusung Pilpres 2014 ditentukan dari hasil Pileg 2014. Sebab, Pileg 2014 berlangsung lebih dulu daripada Pilpres.
Saat itu, Golkar memiliki 16,2 persen kursi di DPR. Golkar hanya kalah dari PDIP yang memiliki 19,5 persen kursi di DPR. Sekalipun cukup tinggi perolehan kursi bagi Golkar, mereka tak bisa mengusung capres sendiri. Sebab, syarat mengusung capres adalah 20 persen kursi di DPR.
Seingat saya, waktu itu dua kubu sudah terbentuk. Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Nah, sampai waktu terakhir Golkar tak kunjung mendapatkan gandengan untuk mengusung capres. Sama dengan Partai Demokrat.
Pada akhirnya, Golkar lari ke Prabowo-Hatta. Golkar sebagai parpol besar kedua di parlemen tidak bisa mengusung kadernya sendiri sebagai capres atau cawapres. Mungkin karena gerakan berkoalisinya telat daripada parpol lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H