Aku banyak mengalami luka. Dari kaki sampai tangan. Aku masih bisa mengikuti UMPTN tapi dengan sisi samping telapak tangan kanan terus mengeluarkan air dan kadang nanah karena luka kecelakaan. Darahnya belum juga mengering.
Maka aku harus ekstra hati-hati mengerjakan UMPTN. Hati-hati mengerjakan soal di lembar jawaban komputer itu. Sebab jika leleran air atau nanah sampai terkena lembar jawaban komputer, bisa berantakan.
Aku harus ekstra hati-hati mengerjakan UMPTN yang berlangsung dua hari itu. Tapi bersyukur aku bisa melewati momen mengerjakan ujian tersebut.
Selesai ujian aku sudah pesimis tak bakal lolos UMPTN. Kondisi badan tak fit, usai kecelakaan, belajar juga tak maksimal justru ketika jelang UMPTN. Belum lagi aku memang tak memiliki modal kecerdasan yang luar biasa.
Beberapa pekan menunggu pengumuman lolos tidaknya ke PTN, aku hanya bisa berdoa sejadi-jadinya. Berdoa tapi juga tahu diri. Artinya jika pun tak lolos ya mau bagaimana, karena memang mengerjakan UMPTN dalam kondisi tak enak badan.
Di hari pengumuman, aku beli koran. Dulu pengumuman di koran. Korannya aku masih ingat, namanya "Kedaulatan Rakyat". Setelah bolak-balik aku menemukan namaku di koran itu. Artinya aku lolos ke PTN.
Aku tarik napas dan bersyukur. Satu jalan berat aku lewati dengan sukses. "Ini keajaiban. Aku bisa lolos PTN sekalipun saat ujian kondisinya tak meyakinkan," kataku dalam hati.
Itu adalah fase mula bagiku meyakini bahwa keajaiban itu memang ada!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H