Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Kalau Tulisanmu Mau Lolos, Tulis Jabatanmu!"

27 April 2023   06:29 Diperbarui: 27 April 2023   06:33 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Foto: shutterstock dipublikasikan kompas.com)

Saat masih meriahnya media massa cetak alias koran, maka menulis opini, cerpen, puisi adalah salah satu yang diidam-idamkan banyak orang. Apalagi menulis opini, cerpen, puisi di koran terkemuka, koran nasional.

Kala itu, aku termasuk yang sering mengirim tulisan. Lebih banyak mengirim cerita pendek di koran-koran terkemuka di Indonesia. Ya namanya juga bau kencur, akhirnya tulisanku tidak pernah naik. Pernah naik hanya di koran lokal.

Tulisanku tak naik cetak. Tapi ada perbedaan antarkoran dalam menyikapi pengirim tulisan. Ada yang diem-diem bae. Artinya koran itu tidak memberi kabar apapun. Tapi ada juga koran yang memberikan surat balasan (waktu itu belum ramai email).

Surat balasan aku terima dari pak pos dan surat itu berisi penolakan dan penjelasan bahwa kirimanku tak bisa naik cetak. Aku pernah dapat dua balasan penolakan dari koran atas cerpenku. Walau ditolak, tapi senang sekali dapat surat balasan. Seperti ada penghargaan atas jerih payah menulis.

Menulis di masa itu, aku mengirim tulisan cerpen di kertas A4 beserta disketnya. Artinya aku ada biaya untuk menulis, mengeprint, membeli disket, dan lainnya. Tidak murah untuk ukuran bocah kala itu.

Nah satu ketika aku curhat pada seorang yang baru aku kenal. Orang itu beberapa kali tulisannya tembus ke koran. Aku bertanya kenapa tulisanku jarang tembus di level nasional? Hanya bisa tembus di level lokal. Si orang ini menjawab dengan enteng.

"Kalau kamu ada jabatan, posisi, status, maka potensi tulisanmu naik akan makin besar. Aku dulu punya jabatan dan tulisanku di koran itu sering naik. Kini aku tak punya jabatan, tak pernah naik tulisanku," katanya padaku.

Jabatan yang dimaksud bisa jabatan di pemerintahan, organisasi masyarakat yang mentereng, atau perusahaan yang terkemuka. Tentu saja jabatannya bukan jabatan kelas menengah ke bawah, tapi jabatan kelas atas.

Dia mengatakan, bisa saja orang itu tak punya jabatan, tapi sudah punya cukup nama nasional. Artinya orang yang memang populer.

Atas penjelasan itu, aku yang masih bau kencur hanya mengangguk-angguk saja. Aku tak paham mekanisme di dalam redaksi koran terkait penentuan tulisan naik atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun