Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Sepak bola Argentina

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kiai Super Senior Melarang Jemaah Pria Salat Menggunakan Celana Panjang

11 April 2023   04:37 Diperbarui: 11 April 2023   04:56 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (kompas.com/rahmat rahman patty)

Dulu di kampungku ada kiai yang sangat senior. Di tahun 90-an awal, sang kiai sudah berusia 100 tahun lebih. Tapi masih bisa berjalan dan kadang masih menjadi imam salat.

Ada satu hal yang aku ingat, sang kiai melarang jemaah pria menggunakan celana panjang saat salat. Sebelum salat biasanya beliau jalan ke tempat imam. Jika melihat jemaah pria memakai celana panjang langsung disuruh ganti pakai sarung.

Namun ada juga kompromi yang dibolehkan, yakni memakai celana panjang tapi tetap memakai sarung. Temanku pernah, salat pakai celana panjang lalu tetap pakai sarung. Jadi tampak luar tetap sarung. Kesannya memang aneh.

Alasan sang kiai waktu itu adalah, salat jangan seperti penjajah Belanda yakni pakai celana panjang. Celana panjang identik dengan pakaian Belanda.

Jadi sang kiai memang besar di masa penjajahan Belanda. Semangat melawan penjajah sampai pada pakaian salat.

Bahkan ketika Indonesia merdeka hampir 50 tahun, sang kiai masih menggunakan pakem di masa penjajahan. Salat tak boleh pakai celana panjang.

Dulu memang terlihat aneh dengan sang kiai. Sebab, hanya beliau yang seperti itu. Kiai lain sekitar kampungku tidak pernah memberi larangan salat pakai celana panjang.

Tapi seiring berjalannya waktu, sang kiai wafat, dan aku makin dewasa, aku memahami mengapa sang kiai begitu. Ya tentu karena sejarah kehidupan beliau yang kental dengan masa penjajahan. Apalagi, jika dilihat dari umurnya, maka di masa tahun 40-an, beliau sudah berumur 50 tahunan. 

Di sisi lain, keilmuan kiai sangat jempolan. Di masa itu, di masa ketika teknologi tak seperti sekarang, sang kiai sudah banyak referensi yang kadang membuat orang jadi bingung. Salah satunya beliau sering kedapatan tiduran menghadap kiblat setelah salat sunah qobliyah Subuh dan sebelum salat Subuh. 

Para jemaah kala tahun 90-an itu merasa aneh dan mengkhawatirkan jangan-jangan pak kiai tidur sebelum salah Subuh. Ternyata eh ternyata pak kiai yang tiduran setelah salat sunah qobliyah dan sebelum salat Subuh itu ada dasarnya. Jadi (ini aku ketahui setelah lebih dari 30 tahun setelahnya ketika aku mengaji pada kiai yang berbeda), memang ada kitab yang memberi penjelasan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW tiduran (bukan tidur) menghadap kiblat di antara salat sunah Qobliyah Subuh dengan salat Subuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun