Jika merantau dan masih kerepotan secara finansial, tak perlu membagi angpao saat mudik. Apa adanya saja. Tapi jika merantau, sudah bekerja, tak punya problem finansial, menurutku sih siapkan angpao untuk anak-anak saat mudik. Jangan terlalu pelit. Lagipula, salah satu fungsi perantau adalah menggerakkan ekonomi daerah saat Lebaran.
Dulu ada teman yang menggerutu ketika Lebaran tiba. Sebab, ketika dia mudik, uang akan habis untuk diberi sana-sini. Bahkan, ada juga meme yang kisarannya begini, "siapa sih yang memulai bagi-bagi duit saat Lebaran?"
Setiap orang punya alasan atas apa yang dia katakan dan dia lakukan. Itu hak masing-masing orang. Tapi aku juga punya hak dan sikap soal memberi angpao saat Lebaran. Dulu saat masih merantau, aku usahakan untuk memberi angpao pada anak-anak yang masih saudara.
Ya aku batasi saja pada anak-anak yang masih saudara. Jika pun bukan saudara, aku beri tapi terbatas pada lingkungan yang sangat dekat. Setiap anak yang terima uang dariku tak seberapa itu dan mereka senang bukan kepalang, maka aku ikut senang.
Aku paham bahwa saudaraku banyak. Maka ketika pulang kampung aku mencoba memberi kebahagiaan pada mereka sekalipun sedikit. Toh tidak setiap hari aku bertemu mereka.
Karena aku punya pikiran seperti itu, maka aku memang memikirkan untuk menyisihkan uang penghasilan guna diberikan saat mudik. Setiap bulan aku sisihkan uang untuk modal mudik. Tentu uang itu berbeda dengan tabungan untuk pribadi.
Jadi ketika dapat gaji, dibagi tiga. Pertama untuk pengeluaran bulanan. Kedua untuk tabungan pribadi. Ketiga tabungan untuk mudik. Karena gajiku dulu tak seberapa, maka pengeluaran bulanannya harus ditekan agar bisa menabung untuk pribadi dan untuk mudik. Aku bersyukur bisa menyisihkan uang, sekalipun tak seberapa untuk bahagia anak-anak kampung di masa Lebaran.
Salah satu fungsi perantau memang menggerakkan ekonomi di masa mudik Lebaran. Perantau akan banyak mengeluarkan uang untuk transportasi, makan, dan lainnya. Uang yang perantau keluarkan itu, akan dinikmati salah satunya oleh orang di kampungnya. Maka, itu cukup bisa menggerakkan ekonomi, walaupun cuma beberapa hari. Â Â
Jika perantau memberikan angpao, maka duit itu akan digunakan anak-anak untuk beli jajan. Itu akan menggerakkan para penjual cilung, cilok, cilor, cireng, dan lainnya yang tetap berdagang di masa Lebaran.
Tapi sekali lagi, setiap orang punya pandangan masing-masing. Jika memberi angpao dimaknai sebagai pemborosan ya itu hak Anda. Jika Anda tak mau memberi angpao pada anak-anak di kampung, ya itu hak Anda.