Manusia itu beraneka ragam. Tiap manusia berpotensi memiliki sejarah kehidupan yang berbeda. Mungkin saja sejarah kehidupannya sama, tapi cara merespon kehidupannya kemungkinan besar berbeda.
Ketika ada yang berbeda, pahamilah dari sisi si pembeda. Memahami bukan berarti kita mengikutinya.
Paham bahwa orang Malaysia berbahasa Melayu. Paham bahwa orang Argentina berbahasa Spanyol. Bukan berarti ketika kita memahami mereka, otomatis kita menjadi mereka, kita tetap Indonesia. Kata teman, NKRI Harga Mati!
Dalam konteks yang lain juga serupa. Nah, ada satu fenomena yang kemudian saya pahami ketika beranjak dewasa, ketika bertemu ragam orang dengan bermacam latar belakangnya.
Tidak semua orang senang ketika disambangi. Mungkin terlihat aneh, kenapa ada orang yang tak suka disambangi, didatangi rumahnya oleh temannya.
Satu ketika aku punya teman sudah akrab, sebut saja X. Cuma memang kami tidak pernah saling berkunjung ke rumah masing-masing. Satu ketika istrinya X melahirkan.
Di hari libur pagi-pagi sekali, aku menyambangi rumah si X itu. Tentu membawa buah tangan alakadarnya. Sekadar menengok anak yang baru lahir.
Aku mendadak dan tak memberi tahunya. Ketika sudah sampai desanya aku baru telepon di mana rumahnya. Sampailah ke rumahnya dan kami ngobrol.
Entah mengapa ada kesan yang berbeda yang aku dapatkan dari si X itu. Dia terlihat tak nyaman ketika didatangi. Gesturenya memperlihatkan hal itu.
Aku tentu buru-buru pulang. Artinya tak lama bertamu. Beberapa hari kemudian, ada teman lain yang bercerita.