Jika melihat usia, tentu Messi sudah tidak muda lagi. Messi juga memiliki mimpi buruk ketika melawan Munchen. Saat bersama Barcelona, Messi pernah merasakan dibantai 2-8 oleh Munchen.
Tapi, Messi juga bisa mengingat bagaimana dia mengacak-acak Munchen di tahun 2015. Saat itu Messi, Suarez, dan Neymar jadi aktor keberhasilan Barcelona juara Liga Champions. Kini, bersama Neymar, Messi bisa kembali memutar memori indah di 2015. Siapa tahu, momen menghabisi Munchen akan terulang.
Lini Belakang
Lini belakang PSG memang bisa jadi sasaran empuk bagi lawan. PSG jarang tidak kebobolan. Mereka seperti belum memiliki formula membangun tembok kokoh di lini belakang.
Di babak grup Liga Champions, PSG kebobolan tujuh kali. Bahkan, saat melawan Maccabi Haifa, PSG pun kebobolan secara akumulatif tiga kali.
Christophe Galtier, sebagai pelatih beberapa kali mengubah formasi lini belakang. Di awali musim dia menggunakan tiga bek di belakang. Kemudian dia mengubah dengan empat bek di belakang. Di laga terakhir melawan Lorient, Galtier memakai tiga bek.
Jika melawan Munchen, sepertinya tiga bek lebih cocok. Sebab, sejatinya mereka akan memainkan lima bek jika diserang. Hal itu akan memberi kekuatan di lini belakang. Apalagi, pemain depan PSG terkenal tidak rajin ke belakang.
Jika hanya memakai empat bek, maka empat pemain belakang itu terlalu sedikit untuk melawan agresivitas Munchen. Saya berharap PSG memakai tiga bek dan memaksimalkan serangan balik mematikan untuk mengalahkan Munchen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H