Pelatih mampu membawa sebuah negara lolos ke Piala Dunia adalah capaian luar biasa. Tapi bagaimana rasanya jika si pelatih dipecat sebelum Piala Dunia digelar?
Kemungkinan besar, sakit rasanya. Itulah yang dialami Vahid Halilhodzic. Tak main-main, dia merasakan kepahitan itu tiga kali. Tiga kali membawa negara lolos ke Piala Dunia untuk negara yang berbeda di tahun berbeda, tapi ditendang ketika Piala Dunia belum dimulai.
Momen pertama terjadi di tahun 2010. Vahid yang orang Bosnia itu membawa Pantai Gading lolos ke Piala Dunia 2010. Vahid meloloskan Pantai Gading ke Piala Dunia 2010 pada tahun 2009.
Setelahnya di awal tahun 2010, Pantai Gading main di Piala Afrika. Pantai Gading digadang jadi juara Piala Afrika. Tapi apes! Mereka kalah 2-3 dari Aljazair melalui perpanjangan waktu.
Pada Maret 2010, federasi sepak bola Pantai Gading memecat Vahid. Seperti pemberitaan sky sports pada 1 Maret 2010, terjelaskan bahwa federasi murka dengan capaian Pantai Gading di Piala Afrika.
Vahid pun gigit jari. Padahal, lelaki kelahiran 1952 itu yang membawa Pantai Gading ke Piala Dunia 2010, tapi tiga bulan sebelum Piala Dunia 2010 dimulai malah dipecat. Di Piala Dunia 2010, Pantai Gading dilatih Sven Goran Eriksen. Pantai Gading gagal di babak grup.
Kisah pilu kedua pada 2018. Vahid membawa Jepang lolos ke Piala Dunia 2018. Namun, April 2018 Vahid dipecat. Pemberitaan Mainichi pada 10 April 2018 mengungkap tabir mengapa Vahid dipecat.
Ternyata Vahid tidak akur dengan pemainnya. Vahid dinilai tak bisa berkomunikasi dan tak mendapatkan kepercayaan dari pemain Jepang.
Di Piala Dunia 2018, Jepang dilatih Akira Nishino. Jepang lolos ke 16 besar tapi keok secara tragis dari Belgia 2-3. Padahal, Jepang unggul dua gol lebih dahulu.
Pilu ketiga adalah bersama Maroko. Vahid meloloskan Maroko ke Piala Dunia 2022. Namun, dia dipecat federasi sepak bola Maroko pada Agustus lalu.