Robert Lewandowski. foto: pau barrena dipublikasikan kompas.com
Penonton sepak bola terbagi dua atau lebih. Tapi aku tulis terbagi dua saja. Pertama adalah mereka yang fanatik mendukung tim tertentu. Kedua, fanatik dengan sepak bola.
Mereka yang mendukung tim tertentu adalah mereka yang hanya melihat tim itu saat bermain. Jika tim lainnya, mereka enggan menontonnya atau tidak merasa wajib menonton.
Mereka yang fanatik dengan sepak bola, maka akan menonton sepak bola yang menurut mereka indah atau menghibur. Tak penting siapapun yang bermain, yang penting bisa menghibur.
Mulanya aku termasuk tipe yang kedua. Tipe yang suka nonton sepak bola, apapun sepak bolanya. Sepak bola kampung antardesa juga aku tonton di masa dahulu. Sepak bola lokal sampai nasional aku tonton.
Namun, dalam 25 tahun terakhir, aku hanya menonton tim yang aku dukung. Tim yang tidak aku dukung, maka jarang aku tonton.
Karena itu, aku tipikal penonton pertama. Penonton yang fanatik mendukung tim tertentu. Jika fanatik, maka yang aku inginkan adalah kemenangan. Main buruk pun asal menang tak masalah. Yang penting menang dan senang.
Memang kadang tak senang jika tim yang didukung main buruk. Tapi, toh aku lebih suka tim yang kudukung menang dan juara. Apa artinya main bagus tapi tidak juara. Jika ada yang berkoar main bagus itu lebih penting daripada trofi, ya silakan.
Nah, Barcelona adalah tim yang aku dukung sejak 2004. Walau sebenarnya sudah tahu Barcelona dan sudah menonton Barcelona sejak mereka kalah 1-2 dari Sao Paulo di Piala Interkontinental 1992.
Sudah mulai kesengsem dengan Barcelona di tahun 90-an. Tapi sempat hancur dan luntur kesengsemku karena kalah di final Liga Champions 1994. Kalahnya pun besar sekali 0-4 dari tim yang sejak dulu didukung kompasianer Hadi Santoso. Tetiba aku lupa nama tim itu hehe. Namun, sejak 2004, aku mulai serius mendukung Barcelona.