Aku, kamu, kita, atau sebagian kita, mungkin termasuk getol mengkritisi kasus Ferdy Sambo. Tapi, benar-benar terlihat lemah dalam momen kenaikan BBM. Lemah karena tak punya posisi tawar sama sekali di hadapan pemerintah.
Saya masih ingat, desakan kasus kematian Brigadir J sangat menyita perhatian. Lebih dari sebulan, Sambo jadi perbincangan. Lebih dari sebulan, energi luar biasa dikerahkan.
Polisi bertindak, Komnas HAM berkomentar, Kak Seto muncul tidak dengan Si Komonya. DPR bersuara, pengacara berbicara. Netizen ramai berkomentar hingga nama Sambo trending sangat lama di Twitter.
Berhasil!
Berhasil karena setidaknya beberapa hal terbuka dalam kasus yang menyeret Ferdy Sambo. Berhasil artinya suara dari banyak penjuru mampu membuka kasus Sambo sedikit demi sedikit.
Walaupun, kadang ada seperti telenovela di dalamnya. Saya pernah menulis beberapa kali bahwa kasus Sambo akan lama jadi perbincangan.
Bahkan, kasus Sambo akan menutupi pemberitaan tahunan tentang PKI yang mungkin kembali diungkapkan oleh Gatot Nurmantyo pada bulan September.
Kasus Ferdy Sambo memang membelalakkan mata kita. Saya yang hidup di kampung pun, sering mendengar orang bicara Ferdy Sambo.
Artinya, kasus kematian Brigadir J yang menyeret Sambo jadi santapan publik. Belum lagi belakangan Komnas HAM bilang ada dugaan pelecehan pada istri Sambo. Makin ramai kasus Sambo.
Ketika kasus Sambo mencuat, BBM naik. Sebenarnya sudah lama naga-naganya BBM akan naik. Tapi memang tertutup oleh kasus Sambo.