Ini bukan kejadian di Indonesia. Namun, segala kemungkinan bisa saja terjadi di manapun. Jadi, kisah di Brasil ini terkuak Kamis lalu dan banyak diberitakan media massa di dunia. Ada seorang lelaki yang bernama Luiz Antonio Santos Silva menyekap istri dan dua anaknya selama 17 tahun di rumahnya. Sang anak yang disekap berumur 19 dan 22 tahun.Â
Selama penyekapan, ketiganya kadang tak diberi makan dalam waktu tiga hari. Imbasnya, ketika kasus ini terungkap, ketiganya yang disekap terlihat sangat tidak sehat.
Sekali lagi, ini adalah fenomena di Brasil. Tapi, kadang aku berkhayal, jika ada rumah yang sangat tertutup, maka pikiran jelek kadang melintas. Rumah yang sangat tertutup adalah rumah yang hanya terlihat temboknya dari luar.
Jadi, rumah dipagari tembok setinggi lebih dari 1,5 meter. Kemudian pintu pagar pun masih ditutup sejenis plastik hitam. Maka, dari luar pun tak terlihat rumah itu.
Pikiran jeleknya, jika di rumah itu ada aksi perampokan, maka ada potensi orang di lingkungan tidak mengetahui. Jika di rumah itu ada aksi-aksi terlarang seperti menyekap orang, maka orang di lingkungan sekitar pun potensial tidak mengetahui.
Maka, memang akan lebih baik jika rumah tidak sangat tertutup. Artinya, rumah masih bisa dilihat dari jalanan. Sehingga, jika ada satu dan lain hal yang tak diinginkan, maka bisa diketahui orang dari luar.
Dilematis
Walaupun di sisi lain, dilema itu kadang muncul. Sebab, bagaimanapun rumah adalah kuasa pemiliknya. Mau rumah seperti apapun, maka menjadi kuasa pemiliknya. Mau rumah ditembok keliling tinggi, itu pun jadi kuasa pemiliknya.
Juga saya pahami bahwa ada orang yang ingin nyaman di rumah. Jika bisa rumah adalah istana untuk istirahat. Karena itu membuat rumah setertutup mungkin. Harapannya tentu saja bisa melakukan apapun di lingkungan rumah sendiri.
Apalagi jika orangnya super sibuk, maka di rumah hanya ingin istirahat tenang. Istirahat tenang tanpa diganggu. Bahkan, kadang malah kepikiran untuk tidak bersosialisasi dengan sekitar karena bisa jadi malah makin memusingkan.