Si tetangga ini mengaku bingung mengapa informasi di media sosial begitu simpang siur. "Saya baca di F****ook, itu Sule meninggal dunia. Nah, terus istriku bilang bahwa Sule masih hidup. Wah kacau itu informasinya," katanya padaku. Sule yang dimaksud adalah komedian terkemuka itu.
Bukan hanya soal Sule, tapi juga hal lain tentang politik yang dia baca di sebuah media sosial. Katanya, judulnya itu bisa menyesatkan. Dia mengatakan, jika seperti itu bagaimana jadinya orang yang membaca beritanya.
Aku sih tidak paham berita yang dimaksud. Sebab, aku juga jarang baca berita dari media sosial. Kecuali jika berita itu dari media massa yang jelas yang mencantumkan linknya di media sosial. Media yang jelas salah satunya adalah memiliki kantor redaksinya yang jelas, ada nomor yang bisa dihubungi dan memiliki pemimpin redaksi.
Kalau informasi yang berseliweran di media sosial tanpa jelas penanggung jawabnya, ya saya tak baca. Memang saya juga jarang lihat media sosial yang jadi rujukan tetangga itu.
Sampai akhirnya, obrolan itu pada kesimpulan, cari informasi yang valid. Jika ada informasi dari sumber yang tak bisa dipertanggungjawabkan, ya tak usah digubris saja. Jika baca misalnya, "Sule wafat", maka lihat siapa yang memberitakannya dan setelah itu tak perlu baca berita dari media itu. Kami juga sepakat tidak mau gegabah untuk bereaksi atas informasi di media sosial.
Lautan Informasi
Di zaman sekarang, informasi bisa muncul dari mana saja. Lautan informasi tidak bisa dibendung. Hoaks juga banyak ada di mana-mana. Ya tentu saja berita bohong harus dilawan. Bisa dilawan dengan tulisan atau yang lain.
Tapi menurutku di masa seperti ini, berita bohong akan selalu ada. Berita bohong akan jadi bagian dari lautan informasi itu. Nah, di tengah situasi seperti ini, mau tak mau, maka pemahaman pembacalah yang harus digenjot.
Artinya, sebanyak apapun informasi hoaks, jika pembaca paham dan tak menggubrisnya, ya tak akan berkembang info hoaks itu. Aku kadang membayangkan, membaca informasi itu seperti kita bisa membedakan mana emas dan mana kotoran.
Jika emas maka kita perlakukan layaknya emas, jika kotoran maka tinggalkan saja. Masa kita mau sibuk melihat dan membahas kotoran? Apa kotoran itu? Ya berita bohong itu, berita hoaks itu.