Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Aku Hidup Super Prihatin, Malah Kena Gejala Tipus

10 Juli 2022   13:01 Diperbarui: 10 Juli 2022   13:07 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: shutterstock dipublikasikan kompas.com

Saya tak tahu apakah hidup prihatin itu sama dengan hidup minimalis? Tapi saya pernah sangat coba prihatin, malah akhirnya sakit. Pelajaran bagi saya adalah perlu bagi kita mengukur kemampuan.

Saat SMA saya pernah mencoba hidup prihatin. Orang Jawa menyebutnya "mutih" yakni memakan yang berwarna putih saja, minumnya hanya air bening.

Jadi saya coba hanya makan nasi putih, tahu putih, atau kerupuk putih. Tak ada sayuran. Minum hanya air putih. Entah kenapa waktu itu aku melakukan ritual tersebut. Aku sudah lupa alasannya. Sebab sudah sangat lama.

Tapi pada akhirnya badan sangat lemas. Padahal harus aktivitas sekolah dan lainnya. Aku hanya kuat sampai tiga hari. Memang benar-benar tak kuat. Ritual mutih pun berhenti.

Selepas SMA saya merantau. Hidup mencoba sangat prihatin. Sebab, uang memang tak seberapa. Makan pun kadang sehari sekali.

Bahkan pernah, makan siang atau sore hari (saya lupa), sampai malam tak makan lagi. Esok harinya memutuskan puasa. Jadi, hampir atau lebih sedikit 24 jam, aku tak makan dan tak minum.

Bukan hanya prihatin sedikit makan, tapi makan pun kadang bukan makanan yang sehat. Pola makan tak jelas. Kemudian yang terjadi malah masuk rumah sakit.

Masuk rumah sakit sekitar sepekan. Niatnya prihatin untuk menekan pengeluaran. Tapi, karena berlebihan, yang terjadi malah sakit parah. Dokter bilang gejala tipus.

Niatnya menekan pengeluaran, malah keluar banyak pengeluaran. Waktu itu belum ada yang namanya BPJS Kesehatan. Entah berapa uang yang dikeluarkan keluarga untuk penyembuhan sakitku.

Sejak saat itu, aku mendapatkan pelajaran berharga bahwa manusia ada batasnya dan perlu mengukur kemampuan. Karena dulu saya adalah orang yang sering "main", maka harus tahu diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun