Saya pernah menulis lebih sepakat Jordi Amat ke Johor Darul Takzim daripada ke Liga Indonesia. Walaupun saya lebih sepakat jika Jordi tetap main di Eropa.
Pandangan saya soal Jordi Amat dan JDT sudah saya tulis di kompasiana beberapa pekan lalu. Bisa dilihat di sini.
Jordi Amat bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Maka, pilihannya adalah tanggung jawabnya. Jordi Amat adalah manusia yang punya kemerdekaan.
Jordi punya kebebasan memilih hidupnya. Asal bukan pidana, pilihan apapun dari Jordi Amat harus dihormati. Aku, apalagi, bukan tuannya Jordi Amat.
Jadi tak bisa aku mengatur Jordi Amat. Atas dasar aku sebagai bukan keturunan pun, bukan berarti aku adalah manusia yang lebih unggul dari Jordi Amat. Bukan berarti aku lebih berkuasa daripada Jordi Amat.
Manusia sama, punya hak yang sama. Punya cita-cita dan punya perspektif yang mungkin beda. Tapi harus saling menghormati. Jika kita tak hormat lalu mengancam, tanda "sebagai merasa yang kuasa" sudah muncul.
Karena merasa berkuasa, lalu mengancam. Mengancam ini, mengancam itu, pada orang lain atau pada Jordi Amat.
Merasa bahwa punya kekuatan lalu mengancam yang lain. Mengancam hanya karena beda pilihan. Begitukah? Mengancam karena merasa bahwa hanya pilihan tertentulah yang tepat dan yang lain salah serta layak dihujat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H