Sudah menggema pasangan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar untuk Pilpres 2024. Memang belum fix karena politik memang dinamis.
Tapi, jika pasangan ini mau maju, maka tak salah jika Muhaimin harus berhubungan baik dengan PBNU. Ya NU struktural sampai bawah.
Seperti diketahui, beberapa waktu belakangan ada ketegangan antara Muhaimin dengan PBNU. Statemen di media dari dua kubu juga menjelaskan keruncingan hubungan itu.
Salah satu bentuk ketegangan itu adalah adanya kaus "NU kultural wajib ber-PKB" yang dipamerkan Muhaimin. Sontak pamer itu langsung dibantah PBNU bahwa warga NU tak wajib ber-PKB.
Â
Ketegangan Muhaimin dengan jajaran NU struktural jelas tak menguntungkan bagi Muhaimin secara politik. Politik itu harus merangkul apalagi kalau mau menarik massa.
Jika Prabowo-Muhaimin maju di Pilpres, sudah saatnya Muhaimin berbaikan dengan PBNU. Tapi kalau Muhaimin tak berbaikan dengan PBNU atau biasa saja, ya tidak menguntungkan bagi Prabowo dan Muhaimin.
Pemilih Muhaimin pun saya pikir ya orang NU. Di luar itu, sepertinya tidak condong ke Muhaimin. Jika ceruk besar di NU tidak dipelihara dan malah berhadap-hadapan dengan PBNU, ya sulit.
Jika hubungan Cak Imin dengan PBNU tak segera baik, maka fenomena KH Maruf Amin di 2019 sulit terulang. Sekadar diketahui, elemen NU dari struktural dan kultural saat itu cukup all out mendukung KH Maruf Amin.
Masih ada setahunan lebih bagi Cak Imin untuk berbaikan dengan PBNU. Masih ada kesempatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H