Burkina Faso mengikuti Piala Afrika 2021 yang dilaksanakan di awal 2022 ini. Bahkan, Burkina Faso sudah memastikan diri lolos ke babak gugur. Jika ingat sepak bola Burkina Faso, jadi ingat dokter penyihir putih.
Mulanya, Burkina Faso tak masuk dalam negara elite sepak bola Afrika. Negeri yang dulunya bernama Volta Hulu ini kalah nama dengan Kamerun dan Nigeria di awal sampai pertengahan dekade 90-an. Tapi, cerita berubah pada 1998.
Saat itu, Burkina Faso menjadi tuan rumah Piala Afrika. Sebagai tuan rumah, tentu Burkina Faso punya keuntungan. Tapi, skuat Burkina Faso tak terlalu mentereng.
Imbasnya, mereka tak terlalu diperhatikan. Tapi Burkina Faso dilatih Philippr Troussier. Troussier adalah sosok yang sudah familiar di benua Afrika kala itu. Sebab, pelatih asal Prancis ini memang melatih beberapa klub dan negara di Afrika.
Ternyata, di tangan Troussier, Burkina Faso mengejutkan. Burkina Faso bisa sampai semifinal, tapi kemudian dikalahkan Mesir yang jadi juara Piala Afrika 1998.
Kehebatan Troussier membawa Burkina Faso ke semifinal makin mengharumkan nama Troussier yang dapat julukan "Dokter Penyihir Putih" karena kehebatannya sebagai pelatih.
Tahun 1998 adalah mula Burkina Faso mengemuka di Afrika. Laju bagus Burkina Faso kembali muncul di Piala Afrika 2013. Saat itu mereka jadi runner up. Pada Piala Afrika 2017, Burkina Faso jadi juara tiga.
Jadi jika Burkina Faso di Piala Afrika kali ini jadi kuda hitam ya wajar saja. Sebab, di masa sebelumnya, mereka memang pernah mengejutkan beberapa kali.
Dipermalukan Garuda
Lalu bagaimana dengan Troussier? Setelah sukses bersama Burkina Faso, dia menjadi pelatih Afrika Selatan di Piala Dunia 1998. Namun, kala itu Afrika Selatan hanya sampai babak grup.
Kemudian, Troussier didapuk sebagai pelatih Jepang. Troussier jadi pelatih Jepang di Piala Dunia 2002. Troussier mampu membawa Jepang lolos sampai babak 16 besar.