Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Sepak bola Argentina

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Laga Lawan Singapura Memperjelas Celah Indonesia

26 Desember 2021   07:15 Diperbarui: 26 Desember 2021   07:32 4125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Indonesia lolos ke final AFF 2020 setelah mengalahkan Singapura di semifinal secara akumulatif 5-3. Di leg pertama kedua tim bermain imbang 1-1. Di leg kedua yang dilaksanakan Sabtu (25/12/2021) malam, Indonesia susah payah menang 4-2 melalui babak perpanjangan waktu.

Sebagai pendukung Timnas Indonesia tentu sangat senang dengan keberhasilan lolos ke final. Namun, melihat permainan di semifinal leg kedua, celah Indonesia terlihat begitu mencolok.

Saat nonton leg kedua dan Singapura unggul 2-1, saya sudah pasrah. Pasrah karena performa Indonesia tak meyakinkan. Banyak sekali celah yang terlihat di laga itu.

Misalnya, sisi kiri pertahanan Indonesia terlihat rapuh. Gol pertama muncul dari situ. Pratama Arhan yang main di kiri, sepertinya memang getol menyerang. Mungkin itulah mengapa Indonesia memainkan lima pemain bertipikal bek. Salah satu alasannya mungkin untuk memback up sisi kiri pertahanan.

Yang jadi masalah menurut saya, jika pemback up Pratama adalah Elkan Baggott. Jika Pratama terlalu bernafsu menyerang, Elkan kurang memiliki kecepatan. Maka klop sudah sisi kiri dieksploitasi lawan.

Celah lainnya adalah terlalu berani membuat pelanggaran. Beberapa kali pelanggaran tak perlu terjadi. Imbasnya, Singapura punya waktu untuk memolorkan waktu.

Bahkan, pelanggaran pun beberapa kali terjadi di area rawan. Ingat kan, dua gol Singapura pun berawal dari pelanggaran. Bahkan penalti yang gagal dari Singapura juga berawal dari pelanggaran pemain Indonesia.

Artinya apa? Artinya Singapura memanfaatkan kegetolan pemain Indonesia melakukan pelanggaran. Jika bermain normal 11 lawan 11, maka kebiasaan membuat pelanggaran di area terlarang bisa berimbas fatal.

Lini depan yang begitu. Awalnya saya berpikir bahwa Hanis Sagara bisa menjadi alternatif serangan Indonesia. Tapi, ketika bermain, justru seperti itu. Mungkin jam terbangnya yang minim di level internasional juga berpengaruh.

Ezra, seperti yang pernah saya tulis, adalah tipikal penyerang kotak penalti. Gol-golnya terjadi di kotak penalti. Mengandalkan kecepatan Ezra untuk serangan balik tentu tak memungkinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun