Di sisi lain Alfeandra juga bagus ditaruh sebagai gelandang bertahan. Dia bisa menempatkan diri sebagai pertahanan pertama jika ada serangan lawan.
Beberapa kali terlihat, jika Indonesia kehilangan bola saat penyerangan, Dewangga mampu mengamankan bola. Tidak hanya itu, Dewangga juga mampu memberi umpan lambung melewati pagar pemain Laos. Contohnya adalah assist Dewangga pada gol Evan Dimas.
Perubahan di babak kedua juga membuat pertahanan Indonesia lebih baik. Setidaknya ada penyapu pertama dari serangan Laos, yakni Dewangga. Kerja Dewangga membuat lini belakang lebih tenang dan bisa memposisikan diri dengan baik karena delay serangan Laos yang dilakukan Dewangga.
3. Kedepankan Penguasaan Bola
Passing pemain Indonesia saat melawan Laos lebih baik daripada saat lawan Kamboja. Indonesia juga tak bernafsu melakukan pressing secara ketat seperti lawan Kamboja.
Indonesia mengandalkan penguasaan bola. Umpan pendek terlihat untuk memancing pemain Laos keluar dari sarang pertahanannya. Permainan ini, daripada pressing ketat, ternyata membuat pemain Indonesia tak terlihat kelelahan.
Bahkan di menit akhir atau 84, Indonesia masih bisa mencetak gol. Artinya di menit akhir pun, Indonesia masih bergairah dan gagah, tidak letoy seperti kala melawan Kamboja.
4. Belum Ujian Hebat
Laga lawan Laos bukanlah ujian hebat. Sebab, Laos nyaris tak memberikan perlawanan. Mereka hanya sekali kali menyerang. Mereka hanya bertahan dengan harapan tak kebobolan.
Laos seperti rela diapa-apain asal tak kebobolan. Imbasnya, Indonesia benar-benar dominan di laga itu. Nah, Â Vietnam dan Malaysia tentu tak seperti Laos.
Vietnam dan Malaysia lebih bertenaga dan berani melakukan penetrasi. Ini yang perlu diwaspadai. Jangan sampai Garuda lembek ditekan dua lawan tangguh itu.