Thierry Henry, salah satu sosok yang mengalami dinamika sebagai pelatih pengganti. Foto: GLYN KIRK/AFP dipublikasikan kompas.com
Pelatih pengganti sejatinya melaksanakan tugas agar tim lebih baik. Tapi bagaimana jika tim juga tak lebih baik. Balikan adalah salah satu yang pernah terjadi dalam dunia sepak bola.
Ada dua cerita yang saya ketahui. Pertama adalah Monaco di musim 2018-2019. Saat itu, di awal musim Monaco dilatih Leonardo Jardim. Tapi di tengah jalan, performa Monaco menyedihkan.
Sampai pekan sembilan Liga Prancis, Monaco kalah lima kali, seri tiga kali, dan menang sekali. Monaco pun ada di zona merah alias peringkat 18. Manajemen kemudian melakukan pergantian pelatih.
Jardim diganti Thierry Henry. Legenda Timnas Prancis itu jadi pelatih dari 13 Oktober 2018. Namun, dia kemudian dipecat pada 24 Januari 2019. Alasannya, performa Monaco makin ngga keruan.
Di tangan Henry, pada semua ajang, Monaco hanya menang empat kali, seri lima kali, dan kalah 11 kali. Akhirnya Henry didepak. Lalu siapa yang mengganti Henry?
Yang mengganti Henry adalah Jardim. Sosok yang didepak dan digantikan Henry. Akhirnya, Monaco mengakhiri Liga Prancis di peringkat 17 alias satu strip di atas zona degradasi.
Kadang berpikir, mengapa Monaco kembali memakai Jardim? Kadang juga berpikir, mengapa Jardim mau kembali melatih Monaco setelah didepak?
Saya menduga, itulah profesionalisme. Profesionalisme tak perlu memakai hati. Tak perlu merasa tak enak. Selama bisa kerja sama dan menghasilkan uang, mengapa tidak? Mungkin seperti itu.
Kasus yang sama terjadi pada musim lalu di Fiorentina. Awalnya, Fiorentina dilatih Giuseppe Iachini. Tapi Iachini hanya bertahan sampai pekan ketujuh. Dia kemudian dipecat.