Sebelum jauh membahasnya, aku hanya ingin membedakan magang dalam dua kategori. Kategori pertama adalah magang untuk kemudian jadi karyawan organik. Kategori kedua adalah magang karena status sebagai siswa atau mahasiswa.
Kategori kedua adalah magang sebagai salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan tertentu. Nah, yang saya tulis ini adalah magang kategori kedua.
Bagi saya, magang adalah tempat bagus untuk belajar praktik bagi para pelajar. Di sekolah atau kampus dapat teori, di tempat magang bisa mempraktikkannya.
Bukan hanya mempraktikkan ilmu yang didapatkan, tapi juga belajar berorganisasi. Mengetahui jenjang kewenangan dan relasi yang baik antarkaryawan atau antarpegawai.
Di titik itulah, saya menilai bahwa anak magang harus diperlakukan sesuai dengan kompetensi dan tugasnya, sesuai dengan ilmu yang dia pelajari.
Teknisnya, kalau anak magang di bidang IT, maka dia diperbantukan untuk wilayah IT. Jika dia magang untuk bagian depan kantor menerima tamu, maka perbantukanlah di wilayah itu.
Seketat atau sekeras apapun pada anak magang (walau saya tak sepakat kalau keras), maka hanya di wilayah magang mereka. Misalnya, dididik ketat dan disiplin di IT, dididik ketat dan disiplin di bagian penerima tamu dan lainnya.
Jangan terus dimanfaatkan untuk hal yang tak sesuai dengan wilayahnya. Misal, anak magang IT kok disuruh buat kopi. Bagi saya itu jauh dari pembelajaran dan cenderung eksploitatif. Kecuali kalau dia magang di area office boy, ya tak masalah disuruh buat kopi.
Ini magang di IT atau di bagian depan kantor, diberi tugas menyediakan kopi bagi mentornya. Bagiku itu adalah sosok yang  eksploitatif pada anak magang. Itulah pendapatku. Jika tak sepakat ya silakan saja.
Sekali lagi, berdayakan anak magang sesuai dengan area tugasnya. Jangan eksploitatif dan mengancam akan memberi nilai buruk pada anak magang, lalu memanfaatkan untuk dijadikan sebagai pembuat kopi dan teh. Â