Musik itu tergantung suasana. Suasana yang membutuhkan semangat, maka diputar musik keras yang menghentak. Dulu saat masih hidup di kost-kostan, teman-teman saya memutar lagu seperti itu di pagi hari.
Di pagi hari, dengan musik menghentak akan makin menambah semangat. Tapi ya volumenya jangan dikeraskan maksimal. Nanti tetangganya terganggu. Kecuali tetangganya juga memiliki selera yang sama.
Dengan musik menghentak, akan membuat pagi jadi tidak letoy. Ada irama yang menyemangati untuk menuju aktivitas. Ya khususnya mereka yang aktivitasnya pagi hari.
Tapi kalau malam hari mau tidur, ya musiknya biasanya tidak menghentak. Musik yang halus lembut enak didengar. Dengan musik yang halus dan lembut, jadi pengantar tidur yang enak. Setidaknya itu menurut saya. Kalau malam mau tidur tapi malah memutar musik menghentak, saya malah kesulitan tidur.
Itu jenis musik yang tergantung suasana. Ada juga musik yang memang disukai. Misalnya di suasana netral, di tempat kerja, di mal, atau di mana saja selain pagi dan malam, ada musik yang mengalun. Nah, di suasana netral, saya lebih suka musik yang cenderung tidak cepat.
Maka saya tak selera dengan musik keras. Saat dengar metal atau rock, saya cenderung tak suka. Sebab, saya beranggapan dua jenis musik  itu keras. Tapi kemudian, di masa lalu, saya juga baru ngeh bahwa ada musik rock dan metal yang tak keras.
Maklum, orang desa tak terlalu paham soal permusikan. Pada akhirnya di awal dekade 2000-an saya mendengar juga lagu "Nothing Else Matters" yang dinyanyikan band metal, Metallica.
Lagu band metal yang tidak menghentak. Mendengar "Nothing Else Matters" Â itu saya langsung kesengsem. Intronya enak didengar. Lagunya juga enak didengar menurut saya.Â
Sebenarnya sangat terlambat mendengar "Nothing Else Matters" di awal 2000-an. Sebab, lagu itu dirilis tahun 1991. Â Â
Terkait "Nothing Else Matters" itu, semakin ke sini, saya baca liriknya. Kalau saya pikir, lirik "Nothing Else Matters" bukan lirik yang ringan. Itu lirik yang berat, tentunya dengan kecenderungan kebebasan.Â