Para milisi Taliban menguasai istana kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu, di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021)(AP PHOTO/ZABI KARIMI dipublikasikan kompas.com)
Ramai soal Taliban yang berhasil menguasai Afganistan. Banyak media membahas Taliban. Ada yang pro dan ada yang kontra.
Tak kalah ramainya dengan warganet Indonesia. Ada yang pro Taliban dan ada yang kontra Taliban. Pro kontra warganet itu saya ketahui di twitter.
Mereka yang kontra memandang Taliban sebagai kelompok garis keras dengan segala label negatifnya. Mereka yang pro menilai Taliban adalah pejuang pelawan Amerika dan sekutunya.
Di sisi lain saya sempat baca utas di twitter tentang pengalaman warga Indonesia ke Afganistan di tahun 2001. Masalahnya saya lupa namanya. Saya coba cari lagi di twitter saya kesulitan (mungkin karena saya gaptek).
Yang saya masih ingat dari utas itu adalah di Afganistan itu banyak milisi. Orang punya uang bentuk milisi. Tiap daerah ada penguasanya. Hidup di Afganistan waktu itu lekat dengan teror. Cuma sayangnya sekali lagi, saya lupa nama penulis utas itu. Hadehhh.
Terus kalau saya bagaimana? Saya hanya baca dari berita di beberapa media. Beberapa negara menyelamatkan warganya yang ada di Afganistan. Indonesia evakuasi 26 WNI di Afganistan. Saya baca Republika.co.id, Turki yang dipimpin Erdogan itu juga evakuasi ratusan warganya dari Afganistan.
Kenapa dievakuasi? Kalau situasinya tenang tentu tak akan dievakuasi. Tak mungkin hidup nyaman dievakuasi. Evakuasi tentu karena ada ancaman.
Saya baca juga di cnnindonesia, anak-anak dipukuli dan dicambuk oleh Taliban. Dari tempo.co, diberitakan Taliban membunuh anggota keluarga jurnalis DW. Dari okezone, seorang wanita dibakar Taliban karena masakannya buruk. Jadi percuma berkuasa jika memunculkan teror.
Maka pemerintahan teror tak boleh diduplikasi di negara manapun. Jika ada yang bangga dengan pemerintahan teror, maka sisi kemanusiaannya dipertanyakan.