Ilustrasi. Foto: johnkellerman dipublikasikan kompas.com
Jika anak ingin jadi olahragawan, bagaimana? Ya tak masalah. Tapi peran orangtua sangat penting untuk mengarahkan si anak.
Saya akan menceritakan tiga hal tentang keinginan dan potensi. Adakalanya keinginan dan potensi itu sejalan. Adakalanya keinginan dan potensi itu tak sejalan. Di sinilah peran penting orangtua.
Dulu karena sepak bola sangat familiar, saya suka sepak bola. Suka main sepak bola. Apalagi ketika ada momen ramai sepak bola seperti Piala Dunia, maka hasrat suka makin susah dibendung.
Kemudian, bukan hanya suka, tapi ingin jadi pesepak bola. Saya pikir banyak anak di masa saya yang ingin jadi pesepak bola. Tapi saya ingat waktu itu orangtua saya tak sepakat.
Mungkin orangtua saya paham bahwa dengan kondisi ketahanan fisik yang tak memadai, saya akan susah jadi atlet. Namun, hasrat saya cukup besar.
Saat menginjak kelas 5 SD, fisik saya jauh lebih bagus. Ketahanan saya makin bagus. Saya merasa cukup mampu jadi atlet sepak bola.
Namun seiring berjalannya waktu dan kedewasaan, saya makin paham bahwa potensi saya bukan di sepak bola. Bagi saya, mengasah teknik menendang bola, menahan bola, mengasah ketahanan fisik adalah hal yang tidak terlalu sulit.
Namun ada satu hal yang tak pernah saya pahami, yakni visi bermain. Sulit sekali memiliki insting visi bermain. Berkali kali bermain bola, visi bermain saya tak berkembang.
Visi bermain itu kalau menurut saya adalah tahu kapan harus menahan bola, menendang bola, bola diberi ke siapa, dan sebagainya. Visi bermain sepak bola harus berjalan cepat. Sebab pergerakan bola juga cepat.