Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Akhirnya Diterjang Covid-19 Juga

30 Juni 2021   18:45 Diperbarui: 30 Juni 2021   18:55 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: kompas.com/garry lotulung

Ketidakjelasan hasil makin meyakinkan bahwa istriku sepertinya kena Covid-19. Entahlah, kenapa begitu pikiranku.

Lalu, istriku gamang soal pekerjaan. Dia kepikiran bagaimana jika divisinya yang ditekel dia dan temannya itu berjalan, jika keduanya tak berangkat?

Lewat percakapan tulis, istriku memunculkan opsi untuk tetap berangkat kerja. "Aku baik-baik saja kok," tulisnya. Mungkin dia juga sungkan pada atasannya.

Ya aku paham. Aku pernah bekerja kantoran dan merasakan bagaimana repotnya jika sebuah divisi timpang karena personelnya sedang ada halangan. Divisi lain atau teman satu divisi pun kena tanggungan tambahan kerja. Rasa sungkan kadang muncul.    

Tapi aku juga harus memberi keputusan. Istriku tetap bekerja atau istirahat. Karena ini adalah Covid-19, penyakit yang bisa merepotkan banyak orang, aku bulat melarang istriku berangkat kerja.

"Bla...bla...bla... di rumah saja. Bilang sama bosmu kamu mau di rumah saja," tulisku di aplikasi perpesanan.

***
Istriku pulang jelang petang itu. Dua anakku ketika melihat ibunya datang, langsung berteriak, "ibuuuu". Itulah fase kerepotan pertamaku.

Anakku yang besar yang sudah sekolah dasar, bisa dihalau dengan mudah agar tak mendekat ibunya. Yang kecil itu yang repotnya bukan main. Aku harus menahan berat badan si kecil yang sampai 27 Kg. Menahan badannya agar tak mendekat ibunya.

Tangis kencang pun pecah di sore hari. Semakin aku tahan badan di kecil, semakin kencanglah tangisan itu. Istriku pun berkaca-kaca. Momen yang tak pernah dia rasakan sebelumnya, tak bisa memeluk anaknya.

Aku hanya bisa memberi sesering mungkin ucapan bahwa "ibu sakit dan jangan mendekat". Ucapan yang juga diungkapkan ibuku. Ucapan berulang-ulang ke telinga anakku. Aku pun bersyukur karena anakku akhirnya mengingat itu bahwa dia tak boleh mendekati ibunya.

Maka sejak itu, tiap harinya aku harus memastikan bahwa tak ada yang menyentuh istriku. Sejak saat itu, kala pagi buta aku harus menyelesaikan pekerjaan domestik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun