Sudah lebih dari setahun Covid-19 menyerang. Jalan serangan virus itu bergelombang. Kadang landai, tapi kini di Jawa naik lagi. Menyerang dan mulai mengerikan.
Di tengah situasi seperti ini, saya masih dengar orang yang tak percaya Covid-19. Ada yang terang-terangan bilang Covid-19 tidak ada. Aku tahu bahwa mereka yang tak percaya itu bukan hanya orang kota, tapi juga orang desa.
Lalu, apa kira-kira yang membuat mereka tak percaya? Saya hanya bisa meraba. Inilah kemungkinan yang membuat mereka masih tak percaya Covid-19.
1. Belum Kena
Ada orang yang percaya pada sesuatu jika sudah mengalami sendiri. Kalau sudah mengalami baru percaya. Nah mungkin saja mereka tak percaya karena belum kena Covid-19.
Ada cerita di daerah saya. Orang yang pendidikannya cukup dan pergaulannya lumayan. Dia tak percaya Covid-19. Ke mana-mana biasa saja, tak bermasker.
Eh, sebulan yang lalu saya dengar kabar dia karantina di rumah karena kena Covid-19. Keluarganya juga kena. Dua hari lalu saya lihat dia sudah beraktivitas dan bermasker.
2. Sosialisasi Konspirasi
Ini sering saya baca di dunia maya. Bahkan di grup aplikasi perpesanan juga. Intinya isu konspirasi itu terus digencarkan. Biasanya terkait Cina.
Covid-19 dinilai sebagai akal-akalan saja untuk merusak umat. Sehingga tak boleh lagi berkerumun beribadah dan lainnya. Kalau isu konspirasi ini dibaca sekali dua kali ya tak terlalu ngefek. Tapi kalau isu ini sering dibaca atau dilihat videonya, bisa goyah juga.
Kalau tiap tiga hari sekali dicekoki isu konspirasi ya bisa percaya juga. Apalagi jika tidak ada counter issue yang memadai. Info hanya satu arah, yakni isu konspirasi.