Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merenungi Pesan "Maaf Lahir Batin" Tanpa Sebut Nama Penerima

13 Mei 2021   14:52 Diperbarui: 13 Mei 2021   15:27 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapa kali Anda mendapatkan pesan "maaf lahir batin" atau sejenisnya melalui aplikasi HP saat Lebaran? Mungkin sudah banyak pesan yang Anda terima.

Ada dua tipe pesan maaf lahir batin. Pertana, ada pesan maaf lahir batin yang menyebut nama penerimanya. Pesan yang menyebut nama penerimanya misalnya begini, "maaf lahir batin ya Sus..." Pesan seperti itu diberikan pada si penerima pesan bernama Susi.

Tapi, ada juga pesan maaf lahir batin yang dilakukan secara umum, tanpa menyebut nama penerima. Siapapun penerimanya, isi pesannya sama. Ada pesan tulisan plus gambar yang intinya mohon maaf lahir batin. Mengirim ke Susi, Sisi, Santi, Sinta, isinya sama.

***
Dulu, aku termasuk orang yang kalau memberi pesan Lebaran dengan menyebut penerimanya. Maka, jika ada ratusan orang aku beri pesan melalui dunia maya, maka aku juga buat ratusan pesan. Walaupun secara umum copy paste dengan menambahkan nama penerimanya.

Dulu saya bisa sibuk ngurusi pesan seperti itu. Lebaran dari mulai Maghrib sampai beberapa hari ke depan, saya memberi pesan spesifik. Dengan menyebut nama orang. Maka setahu saya ratusan pesan saya berikan dengan embel-embel nama yang beda sesuai penerimanya.

Dulu saya termasuk tak sreg kalau ada orang memberi pesan copy paste tanpa menyebut nama. Sepertinya sebuah pesan yang tak menyentuh. Tapi itu pikiran saya dulu.

Sekarang sudah beda. Jika ada orang memberi pesan Lebaran ke saya tanpa menyebut nama saya, saya biasa saja. Saya berkhayal mungkin dia memberi pesan ke saya di tengah kesibukannya ngurusi anak, ngurusi orang sakit, sibuk membagi zakat, dan sebagainya.
Saya berkhayal mungkin dia lelah kalau harus nulis satu per satu nama. Semenyata, beban hidupnya berat sekali. Kalai beban hidup sudah berat, masa ditambah beban nulis nama satu per satu? Maka dibuat sederhana saja tanpa menyebut nama penerimanya.

Mungkin juga, dia punya sangat banyak teman yang perlu diberi pesan maaf lahir batin. Terlalu lama kalau nulis nama satu per satu.

Sekarang dan mungkin waktu-waktu setelahnya, aku makin maklum jika perpesanan itu tak menyebut nama si penerima. Sebab, semakin hari, dunia semakin sibuk dan memaksa orang untuk cepat, cepat, dan cepat.

Sekalipun pesan tak memunculkan nama, aku yakin kita semua saling mendoakan yang terbaik. Walau doa itu selintas dalam hati sepersekian detik saja. Aku yakin kita saling mendoakan yang terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun