Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malam Natal Disuruh Bos ke Katedral, Saat Isya Langsung ke Istiqlal

6 Mei 2021   19:14 Diperbarui: 6 Mei 2021   19:28 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kompas.com/garry lotulung

Ini pengalaman yang tak biasa, walaupun biasa saja. Pengalaman yang saya alami sendiri. Saat melakoni pengalaman itu ya biasa saja.

Ini momen sudah lama sekali, belasan tahun lalu. Yang pasti di zaman itu aplikasi perpesanan WA, bahkan BBM belum familiar. Atau malah mungkin belum ada, saya tak paham.

Jadi di malam Natal, saya diminta ke Katedral di Jakarta Pusat itu. Saya ada tugas diminta memantau situasi di Katedral sekaligus wawancara acara apa saja di Katedral di malam Natal itu.

Saya tak pernah punya pikiran macam-macam. Saya datang saja ke Katedral pada malam Natal itu. Saya pantau suasananya dan saya wawancara dengan panitia malam Natal.

Saya masih ingat waktu itu wawancara dengan seorang ibu-ibu panitianya. Tentu saja, beberapa pernyataannya ya terkait Natal yang saya tak terlalu paham. Saya hanya tanya standar saja. Sampai materi habis, saya bingung.

Dengan polosnya saya bilang. "Saya tanya apa lagi ya bu?" Kata saya. Si ibu malah membuatkan pertanyaan pada saya dan ibu itu yang jawab sendiri. Si ibu tersenyum hehehe.

Satu panitia sudah saya wawancara. Setelahnya saya wawancara dengan seorang agamawan di Katedral itu. Beliau masih muda, cerita panjang lebar soal acara Natal dan sedikit tempat kelahirannya di NTT.

Saya manggut-manggut saja. Saya belajar pengetahuan dari wawancara itu. Saya tengok beberapa prosesi di ruang utama Katedral itu. Ya nyanyi nyanyi selayaknya di gereja. Tentu saja saya tak terlalu paham apa yang dinyanyikan.

Begitu Isya berkumandang, saya pamit. Lalu ke Masjid Istiqlal yang tak jauh dari Katedral. Seingat saya dua bangunan itu tak jauh jaraknya. Lalu, langsung saja saya meluncur ke Istiqlal. Seingat saya, itu pertama kalinya saya salat di Istiqlal.

Setelah saya salat di Istiqlal, saya memutuskan untuk balik. Lalu, apa menariknya cerita saya ini? Ya tak ada menariknya. Biasa saja. Keragaman di kehidupan ya biasa saja. Yang tak biasa adalah menyambangi dua tempat ibadah megah dalam satu malam dengan tujuan berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun