Covid-19 belum usai. Bahkan di Banyumas telah muncul tiga klaster di tempat ibadah. Kenapa saya sebut tempat ibadah? Karena dua klaster tidak saya ketahui apakah itu di masjid atau di musala.
Jadi, dari berita yang saya baca di media lokal, beberapa hari lalu ada klaster Tarawih di Desa Tanggeran Kecamatan Somagede dan Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor. Di klaster ini saya tak terlalu paham apakah kasusnya terjadi di musala atau masjid. Dari kasus di dua tempat ini, puluhan orang positif Covid-19.
Lalu pada 4 Mei 2021, ada klaster juga pada musala di Desa Karangcegak Kecamatan Sumbang. Dari kasus ini ada 33 orang positif Covid-19.
Dari tiga klaster itu, harusnya makin membuat orang waspada. Bahwa misalnya diperbolehkan tarawih di musala atau masjid, maka protokol kesehatan dikedepankan. Misalnya di daerah X membolehkan salat tarawih di masjid dan musala, maka protokol kesehatannya harus ketat.
Kalau protokol kesehatan diabaikan, ada dua kerugian. Pertama tentu potensi kembali menyebarnya Covid-19. Kedua, bisa-bisa nanti tak bisa Tarawih di musala atau masjid karena untuk antisipasi penyebaran Covid-19.
Jika dua kemungkinan di atas terjadi, kita juga yang rugi. Maka, menjaga diri sendiri dan patuh pada protokol kesehatan adalah bagian menjaga diri sendiri dan orang lain.
India adalah contoh yang harusnya jadi pelajaran. Bagaimana mereka kedodoran menangani Covid-19 yang begitu menggila. Maka, bagaimana protokol kesehatan harus dijalankan.
Saya juga teringat kasus beberapa hari lalu soal orang bermasker di masjid yang malah disemprot. Sekalipun kasus itu sudah selesai, tapi jadikan pelajaran berharga bahwa protokol kesehatan harus dilaksanakan di tempat yang menampung beberapa orang.
Saudara, bekal Tuhan pada manusia yang luar biasa adalah kemampuan berpikir dan berasa. Karena pikir maka muncul gedung pencakar langit. Karena rasa, maka muncul sikap untuk mencintai.
Maka, mari berpikir dan berasa bersama-sama untuk melawan Covid-19. Jangan seenak egonya sendiri. Jangan juga sembrono dengan bilang kebal Covid-19. Jangan pula tak percaya pada Covid-19 karena fakta di India telah membelalakkan mata kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H