Ini adalah pengalaman masa kecil kala Ramadan. Pengalaman yang tentu tak bisa diulangi lagi karena sudah dewasa. Pengalaman itu adalah membangunkan orang untuk sahur.
Jadi, saat masih kecil dahulu, salah satu kegiatan yang sering saya lakukan adalah membangunkan orang untuk sahur di bulan Ramadan. Kami membangunkan orang dengan bunyi-bunyian alat pukul.
Bunyi bunyiannya kebanyakan dari kaleng biskuit atau cat yang dipukul pakai bambu atau kayu. Kami keliling kampung sembari klontengan memukul kaleng.
Tentu saja, kami akan berusaha membuat irama. Kami tidak asal pukul. Tapi, iramanya jelas tidak sebagus dengan alat musik band.
Kebanyakan dari kami rela tak tidur malam hanya untuk beraktivitas membangunkan orang sahur. Saya sendiri tentu ikut prosesi itu ketika esoknya libur sekolah. Oiya seingat saya di masa Orde Baru, awal Ramadan sering libur sekolah, beberapa hari. Kalau yang full libur sekolah sebulan kala Ramadan terjadi di masa Presiden Gus Dur. Kalau masa Presiden Gus Dur saya sudah dewasa.
Kembali ke membangunkan orang sahur. Karena saking senangnya, anak-anak kecil ini melakukan aktivitas terlalu dini. Artinya, membangunkan orang sahur pukul 01.30 WIB. Di jam segitu kami sudah keliling.
Namanya anak kecil ya enjoy saja. Tak pernah memikirkan lingkungan. Selama asyik, ya dijalani saja. Nah, betul saja ketika terlalu awal membangunkan orang sahur, kena semprot.
Saat itu sembari memukul kaleng berirama dengan keras, dilabrak oleh tetangga sendiri. Jadi, si tetangga ini buka warung malam hari. Tutup warung pukul 01.00 WIB.
Tentu saja pukul 01.30, yang bersangkutan baru melelapkan mata. Akhirnya, anak-anak disemprot. Intinya jika ingin membangunkan orang sahur ya kisaran pukul 03.00 lebih.
Tentu saja, anak-anak kecil disemprot begitu celingukan, kebingungan sendiri. Akhirnya, besoknya ya, kami masih melakukan hal serupa. Hehehe, tetap keliling pukul 01.30 WIB. Tapi, kami tak lewat di rumah tetangga yang punya warung. Anak kecil ya begitu.
Kami keliling ke jalur lain. Bahkan keluar kampung, keliling ke jalan agak besar. Nah di pagi sangat buta itu, kami mendapati lelaki dewasa berambut gondrong berpakaian seadanya lari-lari stabil, seperti orang lari pagi. Kontan, lihat fenomena tak umum itu, kami malah takut dan akhirnya berlarian.