Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Malah Fokus ke Pekerjaan Sampingan

4 April 2021   15:48 Diperbarui: 4 April 2021   15:51 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto shutterstock dipublikasikan kompas.com

Ada banyak cerita yang menjelaskan orang lebih fokus pada pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan ini adalah pekerjaan yang memungkinkan dia mendapatkan uang lebih.

Sarmin misalnya. Dia adalah abdi negara. Tugasnya memberi penyuluhan pada petani. Ketika penyuluh yang lain kerja keras memberi penyuluhan di tengah terik dan hujan, Sarmin hilang entah ke mana.

Dia hanya absen lalu menghilang. Usut punya usut, dia lagi ngurus bisnisnya, jual beli traktor. Ah ternyata Sarmin asyik ngurusi traktor miliknya, bukan milik petani. Karuan saja, teman teman Sarmin yang satu kantor kecewa. Tapi tak ada yang berani menegur Sarmin karena senioritas.

Ada juga Wandi. Kerjanya malam hari. Karena unit usaha perusahaan tempat dia kerja memang untuk pekerja malam. Nah di tengah kerja, dia tiba-tiba menghilang. Teman-teman tak tahu ke mana dia pergi.

Ternyata, kalau jam 8 malam dia nganter kue buatan istrinya. Nganternya ke mana-mana sampai dua jam. Ah gila. Setiap hari Wandi seperti itu, membuat suasana kerja tak nyaman.

Ada juga Santi, seorang guru SD. Di masa sekarang dia ngajar online. Tapi selain ngajar online dia buka privat. Nah, yang privat ke dia diberi servis lebih. Alhasil yang les privat ke dia, paham pelajaran.

Sementara pada muridnya yang tidak les privat, Santi seenaknya sendiri. Kadang malah tak mau memberi penjelasan hanya gara-gara yang tanya adalah mereka yang tidak les. Padahal kerja utamanya adalah abdi negara menjadi guru, bukan pengajar privat.

Murid dari keluarga tak mampu, ya tak bisa les. Sudah tak bisa les karena dana, tak dapat ilmu memadai pula. Santi memang mata duitan. Sombongnya ngga ketulungan. Kadang sering membanggakan kenalan-kenalannya.

Beda dengan Bu Jujuk. Dia buka privat, tapi juga peduli dengan semua muridnya. Semua murid diperlakukan sama. Semua murid mendapatkan haknya. Mereka yang tak ikut privat, mendapatkan pelajaran yang selayaknya.

Itulah cerita tentang orang-orang yang lebih getol dengan pekerjaan sampingannya. Kasihan dengan perusahaan atau negara yang telah menggajinya. Sebab, dia kerja seenaknya dan mementingkan pekerjaan sampingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun