Aku dan teman teman pun memilih mundur teratur. Biarkan saja Marto terus bicara. Mungkin lama-kelamaan Marto jengkel juga karena satu per satu orang pulang.
Pendengar Marto tinggal satu, namanya Yitno. Yitno ini setali tiga uang dengan Marto. Begitu Marto merasa direndahkan karena orang pada pulang, Marto meletakkan mikrofon.
Begitu mikrofon diletakkan, Marto bergegas pulang. Yitno melihat kesempatan besar dengan mikrofon yang nganggur. Yatno langsung bicara.
"Omongan Marto aku lanjutkan," kata Yitno. Padahal sudah tak ada orang di situ. Tapi Yitno tetap saja berkoar. Dia bicara korupsi di lingkungan sekolah dasar.
Sampai Subuh Yitno bicara sendirian dengan mikrofonnya. Pagi tiba, Marto kembali ke balai desa. Dia ingin kembali memegang mikrofon. Ingin kembali bicara, siapa tahu di pagi hari sudah mulai banyak orang.