Survei Median yang dirilis Senin (15/2/2021) soal elektabilitas untuk Pilkada DKI Jakarta memunculkan nama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Hal itu membuktikan bahwa Ahok masih diinginkan sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Seperti diberitakan Kompas.com, Median menyebutkan bahwa yang ada di posisi teratas adalah Anies Baswedan. Anies memiliki elektabilitas 40,5 persen. Hal itu berarti bahwa jika Pilkada DKI Jakarta dilaksanakan saat ini, maka Anies akan mendapatkan 40,5 persen suara. Sekadar diketahui, Pilkada DKI Jakarta baru akan dilaksanakan pada 2024 nanti.
Sementara, di posisi dua ada Tri Rismaharini dengan elektabilitas 16,5 persen. Di posisi tiga ada Ahok dengan 8,5 persen. Dua nama teratas tidak terlalu mengejutkan bagi saya. Sebab, keduanya memang santer dikabarkan akan ikut dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta.
Anies masih petahana dan Risma adalah Menteri Sosial. Beberapa gerakan Risma oleh sebagian pihak dinilai sebagai upaya untuk kepentingan Pilkada Jakarta. Jadi, dua sosok itu ada di posisi dua teratas tak terlalu aneh.
Namun, masuknya Ahok di tiga besar memunculkan banyak kemungkinan pandangan. Pandangan pertama, bisa saja orang merasa bahwa Ahok telah sukses menjadi Gubernur DKI Jakarta. Mungkin orang berpandangan bahwa apa yang dilakukan Ahok selama menjadi Gubernur DKI Jakarta sudah tepat.
Kedua, pandangan yang mungkin terjadi adalah bahwa mereka yang memilih Ahok membandingkan dengan kinerja Anies. Bisa saja, mereka yang memilih Ahok menilai jika kinerja Ahok bukan hanya bagus, tapi lebih bagus daripada Anies.
Ketiga, pandangan yang mungkin terjadi adalah orang enggan lagi mengungkit kasus yang pernah menjerat Ahok. Artinya, kasus di masa lalu dalam penistaan agama, tidak lagi menjadi tolok ukur bagi Ahok. Mereka tak lagi memikirkan kasus yang pernah menyeret Ahok tersebut.
Keempat, orang memilih Ahok mungkin tak berpikir lagi soal latar belakang agama dan etnisitas. Seperti diketahui, agama dan etnisitas cukup dimainkan saat Ahok menjadi atau saat akan maju sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2017 yang lalu.
Hanya saja, sepertinya Ahok tak akan memaksimalkan potensinya saat ini. Mungkin Ahok tak akan maju lagi ke Pilkada DKI Jakarta. Tapi itu hanya tebakan saja. Bisa jadi di waktunya nanti , Ahok kembali akan maju dalam Pilkada DKI Jakarta.
Apakah Ahok bisa maju padahal dia pernah dipenjara? Berdasar putusan MK, narapidana bisa maju di pilkada setelah jeda lima tahun dari dirinya bebas. Dengan begitu, maka pada 2024, Ahok bisa maju ke pemilu atau pilkada karena dia sudah bebas sejak 2019. Jarak 2019 sampai 2024 sudah lebih dari lima tahun.
Tapi terlepas dari maju atau tidaknya Ahok nanti, bagi saya munculnya nama Ahok adalah bukti bahwa sosok tersebut masih diinginkan. Terlepas bagaimana kontroversi yang mengikutinya, elektabilitas Ahok masih cukup bagus.