Ada yang menarik perhatian saya pagi ini di twitter. Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo disorot netizen. Ganjar menjadi trending di twitter. Di sisi lain, fans Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bermunculan ikut menyoroti Ganjar secara tidak langsung.
Ganjar dan Genangan, sampai Minggu (7/2/2021) pagi sudah ada 8 ribuan kicauan di twitter. Â Semarang juga menjadi kata yang banyak muncul di twitter sampai 36 ribu.
Ramainya jagat maya twitter tentang Ganjar, Semarang, dan genangan tak lepas dari fenomena Sabtu (6/2/2021). Di banyak wilayah di Jateng, banjir menggenang luar biasa. Saudara saya di Kendal atau 25 Km sebelah barat Semarang, menyebutkan bahwa banjir saat ini adalah banjir besar.
Bahkan, pada Minggu (7/2/2021) di Kendal diinformasikan banjir makin tinggi. Di Semarang bahkan ada yang terendam banjir sampai lebih leher orang dewasa. Situasi inilah yang membuat Ganjar menjadi sorotan. Sebab, dia adalah pemimpin Jawa Tengah.
Situasi ini langsung membuat Ganjar trending. Dia disindir dan disorot warganet. Tentu saja, ada yang membandingkan sebagian Jawa Tengah saat ini dengan Jakarta. Warganet yang fans Anies Baswedan langsung memberi serangan tajam.
Ada yang menyindir, genangan di Jakarta disebut banjir sementara banjir di Semarang  yang sampai leher orang dewasa disebut genangan. Masih banyak komentar yang menyorot Ganjar sebagai pemimpin Jawa Tengah. Jika ini dimaknai sebagai persaingan, maka pendukung Anies sedang di atas angin. Entah esok atau lusa.
Kadang saya sedih dengan fenomena ini. Dalam artian, yang ditonjolkan paling utama adalah menyerang dalam konteks perpolitikan. Jadi orang menyerang untuk kepentingan politik atau untuk dukung mendukung.
Wajar saja sebenarnya jika ada yang menyerang kepala daerah yang dinilai gagal mengurus daerahnya. Itu adalah bagian yang perlu dimunculkan. Namun, menjadi blunderjika akhirnya malah serang menyerang. Padahal, masalah utamanya adalah bagaimana menyelesaikan musibah itu.
Belasan tahun hidup di daerah langganan banjir membuat saya tahu betul bagaimana susahnya jika banjir tiba. Dulu sebelum ada mesin pengering, hujan dan banjir yang tak henti adalah petaka. Sebab, banyak pakaian yang tak kering.
Belum lagi tanah yang tersisa setelah banjir surut. Rumah yang terendam harus dibersihkan dan segala tetek bengek yang menyusahkan. Ya silakan saja serang menyerang sebagai ritual politik. Tapi, berikan pandangan yang memadai. Jangan terkesan, saudara kena musibah, kita malah senang dengan elektabilitas orang yang jeblok. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI