Sampai satu ketika ada Rudi, anak yang beranjak tua memaksa Mamat untuk ngobrol. "Manusia diciptakan tidak hanya untuk  berdoa. Manusia juga harus kerja. Tidak hanya berpangku tangan dengan menerima derma," kata Rudi.
Mamat kemudian goncang. Dia merasa sangat bersalah karena memberatkan orang kampung yang selalu memberinya makanan. Mamat kemudian pergi dan tak pernah kembali. Dia pergi mengikuti angin berembus. Setiap jalan yang dilewati Mamat, akan berbau wangi melati. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!