***
Setelah Mamat lulus SMK, semua bingung mau bagaimana anak itu. Kerja di kota jelas tak mungkin karena jujurnya keterlaluan. Kemampuan pikirnya juga terbatas. Diminta kerja berat juga tak mungkin.
Orang sekampung memikirkan harus bagaimana Mamat. Maklum, orang kampung sangat sayang pada yatim piatu. Semua pusing memikirkan Mamat.
Sampai kemudian, Wahidin memberi usul agar Mamat hidup di musala saja. Bangunkan ruangan kecil dekat musala sebagai rumahnya. Tugas Mamat hanya berdoa tiap saat. Istirahat untuk, salat, makan, dan minum, tidur.
"Doanya bagaimana?" Tanya Mamat.
"Ya intinya selamatkan kampung kita," kata Wahidin.
"Kenapa tak doa untuk manusia di bumi?" Tanya Mamat.
"Ya silakan kalau mau doa seperti itu. Tapi dari semua doamu, yang pertama adalah selamatkan kampung ini. Jauhkan dari mara bahaya," kata Wahidin.
Akhirnya, Mamat hanya berdoa. Siang, sore, malam, pagi, dia hanya mematung di musala. Dia berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika waktu makan, dia akan makan. Semua kebutuhannya dipenuhi warga.
Mamat sangat kuat untuk bersila dan berdoa tiap harinya. Dia tak pernah minta apa apa kecuali minta makan. Itu pun kalau dia pas sedang tak puasa. Jika puasa, dia minta berbuka.
Kau tahu, saat air bah menerjang daerah kami, maka hanya kampung kami yang tak tersentuh air. Kamu tahu, ketika wabah menyerang daerah kami, kampung kami aman.
Orang-orang yakin karena Mamat adalah orang suci sehingga doanya mudah dikabulkan Yang Maha Kuasa. Karena itu, orang kampung makin sayang pada Mamat.