Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka tapi Susah atau Sejahtera tapi Dijajah?

1 Februari 2021   08:21 Diperbarui: 1 Februari 2021   08:28 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas adalah pilihan yang tak mengenakkan. Tentu inginnya adalah merdeka dan sejahtera. Tapi kadang hidup tak memberi pilihan yang enak itu. Hidup memungkinkan manusia terjebak pada pilihan yang sulit.

Nah, mari bicarakan burung. Atau membayangkan menjadi burung. Burung di sini adalah burung yang bisa terbang. Memang ada burung yang tak bisa terbang? Ya adalah, yakni burung onta.

Kembali berkhayal menjadi burung. Pilih mana dari dua opsi ini. Pertama, burung bebas terbang ke mana saja. Namun, sumber makanan malah terbatas karena sudah dimakan manusia.

Jadi, burung bebas bisa terbang tapi sumber makanan sedikit. Si burung cenderung kekurangan. Tapi si burung bisa terbang ke mana-mana. Dia bisa menyelami goa, melewati tebing, terbang di hutan, melintas di lautan. Segar dan menyenangkan. Tapi ya itu, kalau kesejahteraan kurang.

Opsi kedua adalah burung yang sejahtera tapi tak bisa terbang ke mana-mana. Burung hanya terbang di sangkarnya. Tapi sangkarnya emas. Di sangkarnya ada kasur empuk dan ada bantalnya. Bahkan di sangkar ada kamarnya dan ber-AC. Di dalam kamar ada kamar mandinya.

Pokoknya sejahtera. Bahkan kalau ingin menyalurkan hasrat, diberi burung yang beda kelaminnya. Setiap saat mau minta tetap dikasih. Intinya semua kebutuhan burung itu tercukupi. Tapi ya itu, tidak bisa terbang ke mana-mana.

Karena tak bisa terbang ke mana-mana, si burung ini diberi video yang nyaris nyata. Video tentang keindahan alam nun jauh di sana. Jadi lihat video sembari mengkhayalkan terbang.

Enak kan, apa-apa terjamin. Tapi esensi sebagai burung yang bisa terbang ke mana-mana dikebiri. Selain itu, si burung yang di sangkar itu kalau majikannya meminta bersuara, ya harus bersuara.  Tidak peduli apapun situasinya, ya harus bersuara yang merdu.

Pagi, siang, sore, malam, kalau diminta bersuara ya harus bersuara dan merdu. Saat itu diminta, harus saat itu dilakukan. Bagaimana kalau burungnya sedang lemas? Ya tetap harus bersuara.

"Hei burung! Memang ada makan siang gratis. Apapun sudah aku penuhi untukmu. Tinggal kamu ngoceh paling bagus. Itu saja. Kenapa? Ya supaya kamu juara. Mahal. Tahu ngga sih?" Kata si majikan.

Mau jadi burung yang mana? Jika ada yang memilih opsi yang pertama, maka jangan heran jika ada orang yang rela mengorbankan jiwa dan raga agar merdeka. Agar bisa menentukan nasib sendiri. Agar anak cucunya bisa berdikari. Perkara si orang itu kesusahan ketika merdeka, ya tak masalah. Karena kemerdekaan adalah hal yang hakiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun