Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sempat menyinggung sedikitnya anggota DPR RI yang mau dia ajak lari pagi. Namun, ciutan itu direspons anggota dewan Putra Nababan dan bikin heboh. Kemudian, ciutan itu telah dihapus.
Intinya, Sandi mengungkapkan dari 50 anggota Komisi X DPR RI, yang menerima tawarannya untuk lari pagi hanya dua orang. Karena ucapan Sandi itu, Putra Nababan yang mantan pembawa berita RCTI itu pun meminta klarifikasi.
Tapi saya tak mau menulis soal polemik Sandi vs Putra. Saya hanya ingin mengatakan, bagi sebagian orang, lari pagi itu barang mewah.
Bagi orang yang hidup malam hari, lari pagi adalah barang mewah. Siapa yang hidup malam hari? Ya mereka yang beraktivitas mencari nafkah sampai malam hari. Saya belasan tahun adalah orang mencari nafkah sampai malam hari.
Pulang kerja antara jam 11 malam sampai 1 dinihari. Rutinitas seperti itu membuat lari pagi sebagai barang mewah. Kalau dipaksakan lari pagi bisa remuk badan. Karena memang butuh istirahat di pagi hari.
Selain itu, mereka yang pagi buta sudah mencari nafkah juga bakal susah lari pagi. Setahu saya, para pedagang di pasar tradisional, sebagian harus mulai beraktivitas jam 2 pagi. Mereka sudah mulai buka lapak di pagi buta. Kalau pagi segitu sudah buka lapak, mau lari pagi bagaimana?Â
Selain itu, ibu ibu rumah tangga yang repot pagi hari juga akan sulit lari pagi. Sebab, pagi harus menyiapkan sarapan, memandikan anak yang masih kecil. Kadang malah memandikan suami kalau suaminya lagi manja. Nah pagi yang sibuk seperti itu sangat tidak memungkinkan untuk lari pagi.
Lari pagi bagi sebagian orang adalah barang mewah. Mungkin bagi sebagian anggota DPR RI, lari pagi adalah barang mewah. Sebab mereka adalah orang yang sibuk sampai malam.
Misalnya membahas anggaran sampai malam. Membahas UU sampai malam. Bahkan ketika sudah sampai rumah dan mau bobo, masih memikirkan rakyat. Mungkin itulah yang membuat banyak anggota dewan tak bisa lari pagi.
Ya begitulah anggota dewan. Sibuk luar biasa. Saya sih berpikir positif saja. Tapi kalau Anda tak percaya anggota dewan begitu sibuknya dan begitu pedulinya pada rakyat, ya terserah Anda. Kalau Anda tak percaya anggota dewan sering memikirkan rakyat, ya itu terserah Anda. Kalau Anda berpikir bahwa anggota dewan kurang amanah, ya silakan saja. Tak masalah bagi saya.
Jadi Bang Menteri, maklumilah jika ada yang tak bisa lari pagi. Kalau memungkinkan titip absen alias titip tanda tangan bagaimana? Tidak ikut lari pagi tapi ada tanda tangannya. Biar administrasinya teratur? (*)