Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Banjir karena Drainase yang Dianaktirikan

12 Januari 2021   05:58 Diperbarui: 12 Januari 2021   06:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir di Jalan Tol Padaleunyi Km 130, Rabu (12/8/2020).foto: Dok. PT Jasa Marga (Persero) Tbk dipublikasikan kompas.com

Penyebab banjir itu bermacam-macam. Salah satunya adalah tidak adanya atau tidak maksimalnya drainase alias jalur untuk air. Beberapa kali saya melihat jalur air ini dianaktirikan.

Pembangunan atau perbaikan infrastruktur, khususnya jalan, jadi pemandangan yang lumrah belakangan ini. Jalan kabupaten, jalan provinsi, jalan nasional, sering bersolek. Bahkan, desa pun bersolek dengan perbaikan jalan.

Desa bisa bersolek di antaranya karena mendapatkan kucuran berupa Dana Desa dari pemerintah pusat dan Alokasi Dana Desa dari pemerintah kabupaten. Jalan-jalan desa, bahkan yang kecil pun, kini beraspal.

Ada fanomena yang beberapa kali saya lihat. Ketika membangun atau memperbaiki jalan, drainase diabaikan. Saat jalan dibangun, drainase malah tertutup atau jadi tersumbat. Bahkan, kadang pembangunan malah tak berpikir drainase. Yang dipikirkan jalan mulus, tapi tanpa drainase atau area drainase sempit karena tertimbun aspal.

Sekarang coba dibayangkan saja. Jika daerah dataran tinggi sudah jadi hutan beton dan semen, otomatis air tak terserap maksimal. Karena tak terserap maksimal, akhirnya turun ke dataran rendah. Nah, bagaimana mau turun ke dataran rendah secara mulus kalau drainasenya saja morat-marit.

Saya sendiri berpikiran bahwa untuk level desa, prioritas utama adalah drainase. Kenapa? Ya karena drainase itu akan sangat menolong ketika musim hujan. Aliran air yang mulus dan maksimal kala hujan lebat, akan mengurangi potensi banjir.

Bukan hanya banjir, tapi juga mengurangi potensi genangan. Sebab, air mengalir di tempat yang seharusnya dan tidak tertahan. Tapi catatannya adalah ada sikap peduli dari kita semua. Jangan buang sampah di drainase.

Bagi saya, untuk level desa yang tak terlalu ramai, pembangunan drainase lebih mendesak daripada pembangunan jalan. Karena jalan yang bagus di daerah sepi, ya tak termanfaatkan dengan maksimal. Apalagi jalan bagus tanpa drainase, ya jalan bagus beraspal akan rusak karena terus dihajar air di musim hujan.

Dalam banyak obrolan, sepertinya ada kesepakatan dalam pikir kita, bahwa pembangunan itu ya pembangunan jalan. Kalau ada kata pembangunan, infrastruktur, ya yang terlintas adalah jalan. Sementara drainase? Khayalan seperti apa bentuk drainase pun malah mungkin tak pernah terlintas.

Jangan terlalu egois dengan hanya memikirkan kita. Jangan terlalu egois dengan hanya memikirkan jalan untuk kita. Air yang sumber kehidupan itu juga butuh jalan. Kita, manusia, diberi berkah berupa pikiran yang salah satunya untuk membuat jalan bagi air.

Jangan terlalu egois hanya memikirkan jalan untuk kita. Air juga butuh jalan. Jika kita tak memberi jalan pada air, air bisa mengamuk. Amukannya bisa dahsyat, melebihi dahsyatnya omelan pasangan yang lagi ngga mood. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun