Di hari itu dan di tempat itu
Bila kita tak pernah berjumpa
Mungkin kita tak akan percaya
Kau dan aku saling suka dan cinta...
Lirik di atas adalah petikan lagu drama Jepang Tokyo Love Story (1991). Itu adalah lagu yang sudah di-Indonesia-kan. Jika Anda kenal dengan lagu itu, kemungkinan usia Anda di kisaran 32 ke atas. Tokyo Love Story adalah drama Jepang yang cukup dikenal di masa tahun 1995.
Sebab, di tahun 1995 itu, stasiun televisi Indosiar menayangkannya. Sebagian lirik lagu versi Indonesia itu saya hapal. Ya karena lagu itu sering muncul di masa tahun 1995. Cukup dikenang saja. Jangan terlalu memikirkan masa lalu ya. Soalnya, jika mendengar lagu itu, kenangan langsung terlempar di masa lalu. Mengenang bagaimana wanita atau pria yang kita sukai. Ah...
Kalau ceritanya? Nah itu, saya sendiri tak hafal. Bahkan, sudah lupa. Ya karena sudah lama sekali. Â Lagian saya sering hanya mendengarkan lagunya saja. Di masa lalu, tak bisa seperti saat ini. Kalau kangen lagu atau suka lagu langsung lihat di internet. Di masa lalu tidak begitu. Kalau ingin mendengarkan lagu ya lihat siaran di TV, radio, atau di kaset. Tidak sembarangan mendengarkan lagu.
Sebenarnya, drama Jepang yang mula dan menarik perhatian bukan itu. Tapia da Oshin. Itu jauh lebih lama lagi, sepertinya tahun 80-an. Lagunya Oshin juga bagus, tapi cuma instrumental. Kalau kangen, kadang saya dengarkan instrumental drama Oshin itu.
Judul di atas bukan ingin mengatakan bahwa drama Jepang lebih baik dari drama Korea. Tapi hanya ingin menjelaskan bahwa di masa lalu, drama Jepang dikenal lebih dahulu. Baru kemudian, drama Korea dikenal.
Nah, saya juga kecantol lagu drama Korea. Drama Full House judulnya. Tidak tahu mengapa, pas waktu itu senang dengar lagunya yang judul Destiny. Mungkin karena pas mendengarkan sembari nonton TV, sembari lihat istri. Mungkin itu pemicunya. Full House ya bercerita tentang kawin kontrak yang kemudian jatuh cinta beneran.
Saya pikir jika ada orang senang dengan drama Korea, mungkin karena hidup itu butuh hiburan. Hiburan itu tak perlu dirasionalkan. Kalau menarik, enak, dan tak melanggar hukum dan etika, ya lanjutkan saja. Kalau pas lelah lalu liat drama Korea kok tertarik, karena bisa menghilangkan penat sementara, ya lanjutkan saja.
Apalagi masa kini, masalah benar-benar bertubi-tubi muncul karena Covid-19 yang memiliki efek ke mana-mana. Jika sudah pusing seperti itu, kok merasa senang melihat drama Korea ya tak apa-apa. Saran saya, ambil yang baik-baik saja dari drama Korea.
Bahkan, bisa saja dicontoh itu keberhasilan drama Korea. Dicontoh oleh pelaku drama di Indonesia. Sehingga, memunculkan drama yang menarik ditonton sebagai drama. Bukan drama politik. Hehehe. Â (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H